Kamis 10 Mar 2022 14:46 WIB

Survei: Meski Diancam Boikot, Elektabilitas PDIP Jabar Tetap Teratas

Survei IPO menyebutkan PDIP di Jabar tak tergurus isu Arteria Dahlan

Massa PDIP Perjuangan. (ilustrasi). Survei IPO menyebutkan PDIP di Jabar tak tergurus isu Arteria Dahlan
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Massa PDIP Perjuangan. (ilustrasi). Survei IPO menyebutkan PDIP di Jabar tak tergurus isu Arteria Dahlan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Indonesia Political Opinion (IPO) kembali mempublikasikan hasil survei di Provinsi Jawa Barat. Paparan hasil survei IPO menunjukkan elektabilitas PDIP tetap kokoh dan memuncaki posisi teratas meskipun sempat diterpa isu ujaran kebencian Arteria Dahlan. 

Kasus dugaan ujaran kebencian soal penggunaan bahasa sunda yang sempat diutarakan kader PDIP Arteria Dahlan rupanya tidak berdampak ke PDIP Jawa Barat. Hal itu terlihat dari rilis survei yang dilakukan IPO, pada Kamis (10/3/2022) pagi. 

Baca Juga

Dalam simulasi terbuka, responden penelitian IPO ditanya jika hari ini dilaksanakan pemilihan DPR RI, partai atau calon darai partai mana yang akan di pilih di antara partai berikut? Tercatat PDIP mendapat respons keterpilihan sebesar 15.7 persen, terpaut lebih tinggi dari Gerindra yang hanya 10.2 persen, lalu PKS 9.3 persen. 

“Tingkat keterpilihan PDIP teratas, dan ini membuktikan betapa kokohnya partai ini, tidak banyak partai yang mampu menahan laju isu sensitif seperti ujaran kebencian, apalagi berkaitan dengan identitas kultural masyarakat. Tetapi PDIP berhasil menjadi partai mapan yang kuat, sekalipun dihadapkan pada persoalan besar,” terang Direktur eksekutif IPO Dedi Kurnia Syah. 

Jika membandingkan hasil Pemilu 2019, Dedi menemukan hanya PDIP yang memiliki tren peningkatan. Sementara partai lainnya alami penurunan, termasuk yang unggul saat Pemilu 2019 lalu yaitu Gerindra dan PKS. 

“Terlihat jelas jika PDIP menjadi satu-satunya bergerak naik di saat semua Parpol di Jawa Barat menurun, ini bisa saja karena faktor tata kelola dan kepemimpinan ketua Parpolnya. Tidak dapat dihindari ada faktor tokoh, dan itu tentu saja Ono Surono sebagai ketua” lanjut Dedi. 

Dedi menjelaskan selain faktor kepemimpinan ketua PDI Jawa Barat, ada kemungkinan lain semisal faktor kinerja pemerintah pusat yang juga didominasi oleh PDIP. Di antaranya adalah bertambahnya pengetahuan publik atas kinerja Presiden Joko Widodo. 

“Telaah kami, peningkatan ini terjadi karena bertambahnya pengetahuan publik atas kinerja Presiden yang mengemuka, terutama terkait pembangunan insfrastruktur dan terus bergulirnya vaksinasi. Bukan tidak mungkin itu berdampak ke perolehan suara Parpol di Jawa Barat,” jelasnya. 

Senada dengan peningkatan elektabilitas PDIP. Ono Surono sebagai ketua PDIP Jawa Barat juga alami peningkatan popularitas dan elektabilitas. Terlebih sikap Ono yang cepat merespons ujaran kebencian yang dilakukan rekan separtainya Artedia Dahlan.  

Dedi mengatakan dalam paparan survei bertajuk isu sosial kemasyarakatan dan konstelasi politik 2024 itu menempatkan Ketua PDIP Jawa Barat Ono Surono paling tinggi tingkat keterpilihannya, yaitu sebesar 22.3 persen. 

PDIP mengalami peningkatan elektabilitas dan popularitas di Jawa Barat, hal itu dia sebut sebagai faktor yang ikut mempengaruhi peningatan elektabilitas ketuanya. 

“PDIP alami peningkatan signifikan beberapa bulan ini, bisa saja ini dipengaruhi kepemimpinan Ono Surono, karena di sisi lain ketokohan ketua PDIP Jawa Barat juga turut alami penambahan sebaran pemilih, bahkan yang tertinggi di antara ketua Parpol lainnya,” jelas Dedi. 

Dedi menambahkan jika temuan ini menarik, menurutnya selama periode survei di tahun sebelumnya, nama yang kerap muncul ke permukaan publik Jawa Barat hanya seputar Ridwan Kamil, Dedi Mulyadi, dan tokoh lain yang pernah ikuti kontestasi kepala daerah atau tokoh nasional dari kalangan publik figur. 

“Temuan ini bisa saja penanda jika di tahun mendatang justru Ono Surono menjadi kuda hitam dalam kontestasi politik di Jawa Barat, bahkan terpaut jauh dengan Wagub Uu Ruzhanul Ulum,” tambahnya. 

Sementara itu, elektabilitas Ono Surono cukup jauh tokoh yang berada di bawahnya, yakni Ketua PAN Jawa Barat Desy Ratnasari dengan persentase 11.1 persen, lalu Ketua PKS Haru Suandharu 2.1 persen, Ketua PPP Ade Yasin 1.7 persen, Ketua Nasdem Saan Mustopa 1.1 persen, Ketua Golkar Ace Hasan Sadzily 0.1 persen, Ketua Gerindra Taufik Hidayat 0.1, dan Ketua PKB, Demokrat serta Perindo 0.0 persen.      

Diketahui, survei IPO digelar pada 1-7 Maret 2022 menggunakan metode multistage random sampling. Dengan total wawancara dilakukan kepada 880 responden. Margin of error sebesar 2.90 persen, akurasi data mencapai 95 persen asumsi simple random sampling.   

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement