Kamis 10 Mar 2022 15:20 WIB

Korut akan Luncurkan Satelit Pengintai untuk Awasi Gerak-gerik AS

Satelit pengintai militer akan ditempatkan ke orbit kutub sinkron matahari

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Ilustrasi peluncuran satelit
Foto: AP Photo/John Raoux
Ilustrasi peluncuran satelit

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara akan meluncurkan sejumlah satelit pengintai untuk memberikan informasi real-time tentang gerak-gerik militer Amerika Serikat dan sekutunya. Media pemerintah, KCNA pada Kamis (10/3/2022) melaporkan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un mengatakan, satelit pengintai militer akan ditempatkan ke orbit kutub sinkron matahari dalam periode rencana lima tahun.

"Dia mencatat bahwa tujuan mengembangkan dan mengoperasikan satelit pengintaian militer adalah untuk memberikan informasi real-time kepada angkatan bersenjata Korea Utara tentang tindakan militer oleh pasukan agresi AS dan sekutunya di Korea Selatan, Jepang, dan Pasifik," kata laporan KCNA. 

Baca Juga

Kim mengatakan, peluncuran satelit pengintai tidak hanya mengumpulkan informasi tetapi melindungi kedaulatan dan kepentingan nasional Korea Utara. Menurut Kim, Korea Utara menggunakan haknya yang sah untuk membela diri, dan meningkatkan prestise nasional.

"Dia menekankan bahwa proyek mendesak untuk menyempurnakan kapasitas kesiapsiagaan perang negara dengan meningkatkan pencegah perang negara adalah tugas revolusioner tertinggi, tugas prioritas politik dan militer yang paling penting bagi Partai dan pemerintah kita," kata laporan KCNA.

Para ahli mengatakan, Korea Utara telah bersiap untuk meluncurkan satelit pengintai. Peluncuran satelit pengintai ini akan menjadi kontroversial, seperti uji coba senjata nuklir yang menggunakan teknologi rudal balistik. Korea Utara telah melakukan dua tes sistem satelit pada 27 Februari dan 5 Maret. Pihak berwenang di Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat mengatakan tes tersebut melibatkan peluncuran rudal balistik.

Rencana peluncuran satelit pengintai itu menuai kecaman internasional. Militer AS telah meningkatkan pengawasan dan pengumpulan pengintaian di Yellow Sea.

Amerika Serikat juga telah meningkatkan kesiapan pertahanan rudal balistiknya, setelah Korea Utara kerap melakukan uji coba rudal.  

Korea Utara belum menguji senjata nuklir atau rudal balistik antarbenua (ICBM) sejak 2017. Tetapi Korea Utara telah menyarankan agar dapat melanjutkan tes semacam ICBM setelah pembicaraan denuklirisasi dengan Amerika Serikat terhenti.  Direktorat Intelijen Nasional (DNI) AS mengatakan, peluncuran misil terbaru Korea Utara dapat menjadi landasan untuk kembalinya ICBM dan uji coba bom nuklir tahun ini.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement