REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Para pemimpin di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) menolak panggilan telepon dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ketika gejolak perang di Ukraina meningkat.
Hal ini disampaikan oleh pejabat Timur Tengah dan Amerika Serikat kepada The Wall Street Journal yang dilansir laman Hill, Rabu (9/3).
"Ada beberapa harapan dari panggilan telepon ini, tetapi itu tidak terjadi," kata seorang pejabat Amerika Serikat tentang panggilan telepon antara Biden dan Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman. "Itu adalah bagian dari menyalakan keran (minyak Arab Saudi)," tambah pejabat itu.
Selain itu, pemimpin UEA Sheikh Mohammed bin Zayed juga dilaporkan menolak panggilan telepon dari Biden.
Beberapa pejabat Amerika Serikat mengatakan hubungan Amerika Serikat dengan kedua negara Teluk itu mengalami ketegangan karena kurangnya dukungan pemerintah Biden dalam perang di Yaman dan negosiasi yang dihidupkan kembali mengenai kesepakatan nuklir Iran.
Arab Saudi juga telah mendorong kekebalan hukum di Amerika Serikat untuk Putra Mahkota Muhammad, yang dituduh membunuh seorang jurnalis pada 2018.
Seorang pejabat Serikat menyampaikan, mereka telah bekerja dengan Uni Emirat Arab dan Arab Saudi untuk memperkuat pertahanan mereka di tengah kekhawatiran atas Iran.
Amerika Serikat telah menggalang dukungan internasional untuk Ukraina karena beberapa negara tetap netral terkait invasi Rusia.
Sedangkan Amerika Serikat berpotensi melihat Iran, Arab Saudi dan Venezuela untuk pembicaraan minyak terkait pemangkasan impor minyak Rusia.
Arab Saudi dan UEA telah menyatakan tidak akan memproduksi lebih banyak minyak daripada yang disepakati oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak yang dipimpin Rusia.
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) mengatakan dia tidak peduli dengan apa yang dipikirkan Presiden Amerika Serikat Joe Biden tentang dia. Tetapi dia menekankan Arab Saudi akan terus mempertahankan hubungan yang kuat dengan Amerika Serikat.
"Kami memiliki hubungan yang panjang dan bersejarah dengan Amerika Serikat. Bagi kami di Arab Saudi, tujuan kami adalah mempertahankannya dan memperkuatnya," kata Putra Mahkota.
Hubungan memburuk antara kedua negara setelah Biden menargetkan Arab Saudi dalam langkah kebijakan luar negeri pertamanya.
Presiden Amerika Serikat mengakhiri dukungan untuk operasi ofensif di Yaman, menghapus Houthi yang didukung Iran dari daftar hitam teror, membekukan penjualan senjata ke Riyadh dan UEA, dan berjanji untuk mengkalibrasi ulang hubungan dengan Arab Saudi.