REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris PP Muhammadiyah, Agung Danarto mengungkapkan, di era revolusi digital, Muhammadiyah harus dapat masuk ke dalamnya, dan juga menjadi unggul agar tetap dapat berkembang dengan kemajuan zaman.
"Kita memasuki revolusi digital. Alhamdulillah pada masa lalu Muhammadiyah dengan amal usahanya bisa mewarnai kehidupan modern. Ketika revolusi digital, Muhammadiyah tidak sesuaikan diri dan tidak mengambil peran dalam disrupsi digital. Maka Muhammadiyah bukan hanya ketinggalan Muhammadiyah akan terlindas dengan revolusi," kata Agung dalam Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah 2022 dengan tema 'Media, Masyarakat Digital, dan Dakwah Muhammadiyah' pada Kamis (10/3/2022).
"Sejak dulu revolusi akan melindas mereka yang tidak mengikuti. Pasca revolusi digital kalau tidak leading kita akan terlindas, kita akan ketinggalan," lanjutnya.
Adapun seminar pra Muktamar Muhammadiyah yang diselenggarakan di Universitas Ahmad Dahlan merupakan ke-16, yang dipersiapkan Panitia Acara untuk menjaring berbagai masukan untuk penyelenggaraan Muktamar. Sebelumnya 14 kali seminar telah diselenggarakan sebelum pandemi, dan dua kali setelah pandemi. Masih ada 10 kali penyelenggaraan dengan total 26 rangkaian pra Muktamar.
"Memang sengaja steering committee menyelenggarakan berbagai macam seminar dengan tema-tema berbeda dan mengundang pakar yang paling baik untuk bisa sharing dengan Muhammadiyah untuk bisa berbagi tentang berbagai hal yang terjadi di dunia saat ini terutama Indonesia untuk mengetahui keadaan kita sebenarnya," ucap Agung.
Agung mengatakan, Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah bukan hanya sekedar seremoni pergantian kepemimpinan saja. Akan tetapi juga penting untuk menetapkan program-program dan kebijakan-kebijakan yang memberikan dampak kemaslahatan bagi umat dan bangsa.