MEDAN, Suara Muhammadiyah – Rektor UMSU Prof. Dr. Agussani membuka secara resmi workshop kurikulum AIK ( Al-Islam dan Ke-Muhammadiyahan). AIK menjadi ciri dan pembeda antara kampus milik Muhammadiyah (PTMA) dengan kampus diluar Muhammadiyah. AIK juga menjadi penentu berhasil tidaknya PTMA.
Penegasan itu disampaikan Rektor UMSU Agussani saat membuka workshop dengan tema ” Orientasi Peningkatan Mutu Akademik AIK UMSU Menuju Outcomes dan MBKM” di aula gedung Pascasarjana UMSU Jalan Denai Medan, Rabu (9/3) siang.
Agussani menjelaskan, saat ini UMSU akan membuka program studi Ilmu-Falak di Fakultas Agama Islam (FAI) UMSU. Dibukanya prodi Ilmu Falak diharapkan akan menjadi salah satu keunggulan UMSU ke depan. Apalagi saat ini UMSU telah memiliki satu observatorium dan pengembangan fasilitas yang lebih modern di Barus Tapanuli Tengah. ” Kita harapkan izin pembukaan prodi Ilmu Falak bisa segera keluar,” jelas Agussani.
Materi Ilmu Falak juga akan menjadi saslah satu materi ajar dari mata kuliah Al-Islam dan Ke-Muhammadiyahan di UMSU. Materi ilmu falak ini yang kemudian dirumuskan oleh peserta workshop.
Rektor UMSU memberikan apresiasi kepada BIM -UMSU yang telah bekerja optimal dan memberi warna dalam proses pembalajaran Al-Islam dan Ke-Muhammadiyahan (AIK) di UMSU selama ini. Dengan workshop ini, diharapkan mata kuliah AIK akan lebih baik dalam menyiapkan lulusan UMSU yang berAkhlaq dan ber-Karakter, kata Agussani.
Workshop menghadirkan tim Litbang Dikti PP Muhammadiyah Prof. Dr. Sutrisno MAg dan dihadiri sekitar 50 dosen AIK UMSU yang mengajar di sembilan fakultas.
Kepala Badan Al-Islam dan Ke-Muhammadiyahan ( BIM ) UMSU Dr. Nur Rahma Amini MAg mengawali workshop dengan memberikan laporan latar belakang dilaksanakannya kegiatan workshop dikalangan dosen pengajar mata kuliah AIK. Diharapkan dengan kurikulum baru maka mata kuliah AIK akan lebih optimal. Nur Rahma Amini menyampaikan apresiasi kepada Rektor UMSU yang telah mendukung semua proses pembelajaran terkait AIK, mulai dari pelaksanaan KIAM (Kajian Al-Islam dan Ke-Muhammadiyahan) bagi mahasiswa baru sampai proses kompri dan pelaksanaan Baitul Arqam bagi dosen dan tenaga kependidikan dilingkungan UMSU.
Majelis Litbang Dikta PP Muhammadiyah yang diwakili Prof. Dr. Sutrisno MAg menjelaskan bahwa KHA Dahlan mendirikan Muhammadiyah bukan sekedar untuk memperbanyak sekolah dan perguruan tinggi, melainkan untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dan mewujudkan masyarakat utama, adil dan makmur berjalan menurut garis yang di-Ridhoi Allah SWT.
Terkait dengan amal usaha Muhammadiyah, Prof. Sutrisno, didirikan untuk terlaksananya dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid. UMSU, demikian Prof. Sutrisno merupakan amal usaha persyarikatan yang berasas Islam dan bersumber pada Al-Qur’an dan As-sunnah. ” Untuk itu, seluruh pimpinan, dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa UMSU semuanya harus berpedoman pada Al-Qur’an dan As-sunnah.
Prof. Sutrisno menjelaskan secara rinci seputar standar Al-Islam dan Muhammadiyah bagi pimpinan universitas dan fakultas, dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa.
Terkait dengan standar AIK untuk mahasiswa, jelas Prof. Sutrisno, mahasiswa UMSU di kampus ataupun di luar kampus harus mampu mennjadikan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai acuan atau pedoman dalam kehidupan sehari-hari mereka. Untuk itullah, mata kuliah AIK menjadi sangat penting.
Pada kegiatan workshop yang berlangsung selama dua hari itu, peserta workshop yang terbagi atas empat komisi melakukan pembahasan seoputar kurikulum AIK yang baru. Hasil workshop masing-masing tim akan diplenokan pada Kamis (10/3) dan dilanjutkan dengan penutupan. (Syaifulh)