REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Kamis (10/3/2022), Rusin akan dapat menahan perang ekonomi. Ia juga yakin sanksi yang dijatuhkan terhadap Rusia akan berbalik kepada Barat. Dia mengancam salah satunya dalam bentuk harga pangan dan energi yang lebih tinggi.
"Sanksi ini akan dikenakan dalam hal apapun. Ada beberapa pertanyaan, masalah dan kesulitan tetapi di masa lalu kami telah mengatasinya dan kami akan mengatasinya sekarang," kata Putin dalam pertemuan dengan pemerintah Rusia.
Putin mengatakan tidak ada alternatif untuk operasi militer khusus di Ukraina. Rusia bukanlah negara yang dapat menerima kompromi kedaulatannya untuk semacam keuntungan ekonomi jangka pendek. "Pada akhirnya, ini semua akan mengarah pada peningkatan kemerdekaan, swasembada, dan kedaulatan kami," katanya.
Sanksi Barat digambarkan sebagai tindakan yang merugikan diri sendiri dan meyakinkan bahwa Rusia dapat menahan perang ekonomi melawan bank, bisnis, dan oligarki bisnisnya. Dia mengakui bahwa sanksi yang dijatuhkan sejak invasi 24 Februari memang sedang dirasakan.
"Jelas bahwa pada saat-saat seperti itu permintaan masyarakat terhadap kelompok barang tertentu selalu meningkat, tetapi kami tidak ragu bahwa kami akan menyelesaikan semua masalah ini sambil bekerja dengan tenang,” kata Putin.
Tapi, Putin menegaskan, secara bertahap, orang akan menyesuaikan diri. Warga Rusia dinilai akan mengerti bahwa tidak ada peristiwa yang tidak bisa ditutup dan diselesaikan. Meski mendapatkan sanksi dari Amerika Serikat (AS) dan Barat, Putin mengatakan Moskow yang merupakan produsen energi utama yang memasok sepertiga gas Eropa akan terus memenuhi kewajiban kontraktualnya.
"Mereka mengumumkan bahwa mereka menutup impor minyak Rusia ke pasar Amerika. Harga di sana tinggi, inflasi sangat tinggi, telah mencapai rekor tertinggi dalam sejarah. Mereka mencoba menyalahkan hasil kesalahan mereka sendiri pada kami. Kami sama sekali tidak ada hubungannya dengan itu," ujar Presiden Rusia itu.
Untuk melawan Barat, pemerintah Rusia sebelumnya mengatakan, telah melarang ekspor peralatan telekomunikasi, medis, mobil, pertanian, listrik dan teknologi, di antara barang-barang lainnya, hingga akhir 2022. Secara total, lebih dari 200 item dimasukkan dalam daftar penangguhan ekspor, yang juga mencakup gerbong kereta api, kontainer, turbin, dan barang lainnya.
Putin mencatat bahwa Rusia adalah produsen utama pupuk pertanian. Dia mengatakan akan ada konsekuensi negatif yang tak terhindarkan untuk pasar pangan dunia jika Barat membuat masalah.
Berbicara pada pertemuan yang sama, Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov mengatakan Rusia telah mengambil langkah-langkah untuk membatasi arus keluar modal. Negara itu akan membayar utang luar negerinya dalam rubel, bukan dalam dolar.
"Selama dua minggu terakhir, negara-negara Barat pada dasarnya mengobarkan perang ekonomi dan keuangan melawan Rusia," kata Siluanov.
Siluanov mengatakan Barat telah gagal memenuhi kewajibannya kepada Rusia dengan membekukan cadangan emas dan mata uang asingnya. Tindakan tersebut mencoba menghentikan perdagangan luar negeri Moskow.
"Dalam kondisi seperti ini, prioritas kami adalah menstabilkan situasi di sistem keuangan," kata Siluanov.