REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kepala Komite Ketahanan Pangan Dunia PBB, Gabriel Ferrero de Loma-Osorio, mengatakan, krisis Ukraina dan Rusia dapat mengancam ketahanan pangan global di tengah pandemi yang berkepanjangan. Rusia dan Ukraina merupakan salah satu sumber utama biji-bijian, pupuk, dan energi dunia.
“Kami tidak berjalan dengan baik bahkan sebelum pandemi, kelaparan meningkat perlahan dan kemudian pandemi melanda,” kata de Loma-Osorio.
De Loma-Osorio mengatakan kepada The Associated Press bahwa, diperkirakan 161 juta lebih banyak orang menderita kelaparan daripada sebelum pandemi, dengan total 821 juta. Invasi Rusia ke Ukraina telah berdampak besar pada ketersediaan dan harga makanan.
"Kita perlu berhati-hati, tetapi kita dapat melihat dampak penting pada ketahanan pangan secara global," ujar de Loma-Osorio.
De Loma-Osorio mengatakan, seluruh negara perlu berhati-hati dalam menangani keamanan pangan mereka. Dia mencontohkan, Bangladesh mengimpor hampir separuh gandumnya dari Ukraina dan Rusia. Menurutnya, meskipun belum ada gangguan global terhadap pasokan gandum, harga telah melonjak 55 persen sejak seminggu sebelum invasi.
Rusia dan Ukraina menyumbang hampir sepertiga ekspor gandum dan barley dunia. Ukraina juga merupakan pemasok utama jagung dan pemimpin global dalam minyak bunga matahari, yang digunakan dalam pengolahan makanan. Perang dapat mengurangi pasokan makanan ketika harga mencapai level tertinggi sejak 2011.
Pada Kamis (10/3/2022), Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina menyoroti pencapaian swasembada bahan pokok termasuk beras. Dia mencatat bahwa pertanian tetap menjadi tulang punggung ekonomi Bangladesh.
Bangladesh adalah salah satu korban terburuk dari perubahan iklim. Jutaan orang terancam kehilangan rumah dan tanah karena kenaikan permukaan laut dan salinitas.
Direktur Jenderal FAO, Qu Dongyu, mengatakan, tingkat kelaparan di Asia-Pasifik telah meningkat. Selain itu, ketimpangan juga meningkat, terutama antara penduduk pedesaan dan perkotaan.
“Pandemi telah memaksa kami untuk mempertimbangkan kembali prioritas dan pendekatan kami, dan telah menyoroti pentingnya masyarakat yang lebih berkelanjutan dan tangguh,” ujar Qu Dongyu.
Baca juga : Ukraina: Rusia Sedang Bersiap Rebut Ibu Kota Kiev