Penggerak Rupiah BI Purwokerto Ajarkan Cinta Rupiah di Kampung Laut
Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Yusuf Assidiq
Kepala BI Purwokerto Rony Hartawan (baju putih), para guru penggerak (baju merah), dan staf pengajar dan siswa SMAN 1 Kampung Laut, Kamis (9/3/22). | Foto: Republika/Idealisa Masyrafina
REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Para murid SMAN 1 Kampung Laut dengan antusias berkumpul di ruangan komputer mereka, hari itu mereka akan mendapatkan materi yang berbeda dari biasanya. Sebanyak sembilan guru penggerak yang dibawa oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Purwokerto akan memberikan materi mengenai cinta dan bangga rupiah.
Para guru yang ditunjuk untuk mengajar di sekolah terpencil itu memperkenalkan cara mengenal uang rupiah asli hingga cara menyimpan uang yang baik kepada para siswa. "Saya jadi tahu banyak tentang uang, bedain uang palsu sama uang asli bagaimana. Selama ini cuma tahunya lewat tivi aja," ujar Nasya, siswa kelas 12 IPS 1, SMAN 1 Kampung Laut, Desa Klaces, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Kamis (10/03/22).
Menurutnya, ini memang pertama kalinya ada sosialisasi mengenai rupiah di desa mereka. Dan tentunya, kehadiran bank sentral tersebut dalam membantu sekolah sangat disambut dengan baik.
Siswa kelas 11 IPA 1 bernama Annisa juga mengaku senang dengan kehadiran sosialisasi semacam ini. Penyampaian yang seru dengan diselingi permainan membuat sosialisasi ini tidak bosan untuk diikuti.
"Seru sih acaranya, gak bosen karena dikasih permainan. Bisa praktekin langsung 'dilihat, diraba, diterawang' pakai uang baru," ujar Annisa.
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) yang bekerja sama dengan komunitas guru penggerak Banyumas dan Cilacap. Tidak hanya melakukan sosialisasi, BI Purwokerto juga memberikan bantuan berupa paket penguat sinyal internet dan lima laptop untuk menunjang aktivitas belajar sekolah.
Kepala Sekolah SMAN 1 Kampung Laut, Drs Sukoya, berterima kasih atas bantuan dari BI yang dapat membantu 188 siswa sekolah yang sering kali sulit untuk belajar karena keterbatasan sinyal internet. "Alhamdulillah harapannya dengan ini anak-anak bisa lebih semangat belajar dan sinyal juga lebih baik," katanya.
Salah satu guru penggerak, Mistinah Hidayati, menjelaskan bahwa para guru penggerak ingin menanamkan cinta, bangga, dan paham rupiah pada para siswa SMA yang ada di Kampung Laut. Apalagi, sosialisasi yang seperti ini di tempat-tempat terpencil sangat minim, berbeda dengan di kota yang banyak informasi dengan kemudahan akses internet.
"Setidaknya dengan sosialisasi seperti ini mereka jadi tahu 'oh ternyata rupiah itu gak boleh ditekuk dan menyimpannya harus yang rapi', dan bagaimana caranya merawat dan bagaimana mendeteksi uang palsu dan sebagainya," jelas guru SMPN 1 Banyumas itu.
Menurutnya program ini nanti ada tindak lanjutnya di Kampung Laut tersebut. Ke depan, para guru penggerak Banyumas dan Cilacap akan terus melanjutkan program serupa di sekolah-sekolah lainnya di Kampung Laut.
Kepala BI Purwokerto, Rony Hartawan menuturkan, Bank Indonesia (BI) berupaya untuk menjangkau daerah ini karena mengetahui bahwa akses perbankan di sini sangat sulit.
"Kita memahami bahwa tidak semua daerah tercakup oleh perbankan, makanya kegiatan seperti ini akan kita lakukan secara berkala. Terutama ke daerah 3T untuk memastikan agar mereka tidak merasa ditinggal, 'kok gak ada keberadaan BI sampa sini?'" ujar Rony Hartawan.
Untuk diketahui perjalanan dari Pelabuhan Penyeberangan Seleko diperlukan waktu sekitar dua jam untuk sampai ke Kampung Laut. Belum lagi, perjalanan di atas kapal kecil yang seringkali diterjang hujan selama perjalanan.
Rencananya pada tahun ini, BI Purwokerto bekerja sama dengan Departemen Pengelolaan Uang Rupiah BI akan terus melakukan kegiatan sosialisasi dan penukaran uang rupiah di tiga lokasi seluruh nasional. Dalam waktu dekat, BI juga akan melakukan sosialisasi yang serupa di beberapa kecamatan dan desa di Cilacap.