REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Asisten menteri pertahanan Amerika Serikat (AS) untuk strategi, rencana, dan kemampuan, Mara Karlin, mengatakan, perlawanan yang diperlihatkan Ukraina terhadap Rusia bisa menjadi contoh atau model bagi Taiwan untuk mempertahankan dirinya dari ancaman China. Beijing diketahui mengklaim Taipei sebagai bagian dari wilayahnya.
“Saya pikir situasi yang kita lihat di Ukraina saat ini adalah studi kasus yang sangat berharga bagi mereka tentang mengapa Taiwan perlu melakukan semua yang dapat dilakukan untuk membangun kemampuan asimetris, untuk menyiapkan populasinya, sehingga dapat menjadi setajam mungkin jika China memilih untuk melanggar kedaulatannya,” kata Karlin saat berbicara di Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS, Kamis (10/3/2022).
Kemampuan asimetris yang dimaksud dalam pernyataan Karlin adalah penyediaan atau pembelian sistem pertahanan hemat biaya dan bergerak. AS, yang merupakan pemasok senjata utama ke Taiwan, telah lama mendesak mereka membeli sistem pertahanan semacam itu guna mengantisipasi serangan China.
Hal itu pun ditekankan kembali oleh asisten menteri luar negeri AS untuk urusan politik-militer, Jessica Lewis. Kepada para senator AS, dia mengatakan, Washington terus mendesak Taiwan untuk memiliki sistem pertahanan asimetris. Lewis menyebut, sistem itu turut digunakan Ukraina dalam menghadapi serangan Rusia.
Menurut Lewis, Taiwan perlu memprioritaskan pertahanan udara jarak pendek, ranjau laut angkatan laut, dan pertahanan pesisir serta rudal jelajah. “Kami sedang bekerja dengan mereka hari ini. Saya rasa kita memiliki pemahaman yang jauh lebih dalam tentang hal itu sekarang,” ujarnya.
Dia berpendapat, Taiwan juga perlu mengambil isyarat tentang reformasi pasukan cadangan dari Ukraina. Kiev memiliki unit pertahanan teritorial sukarela dan sekitar 900 ribu tentara cadangan. Penduduknya pun diperingatkan untuk siap berperang.
Pemerintah China mengkritik seruan AS kepada Taiwan untuk membangun sistem pertahanan asimetris. Beijing menyebut terdapat beberapa pihak di AS yang memang menghendaki kemerdekaan Taiwan. “Ini tidak hanya akan mendorong Taiwan ke dalam situasi genting, tapi juga membawa konsekuensi yang tak tertahankan bagi pihak AS,” kata juru bicara Kedutaan Besar China di Washington Liu Pengyu.