REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Platform kredit digital Kredivo tahun ini memperluas program edukasi keuangan digital bertajuk Generasi Djempolan ke kota tier 2 dan 3, setelah sukses menyambangi kota besar seperti Makassar, Pontianak, Manado, Batam, dan Bandung sejak 2020.
Hari ini, Kredivo menyambangi para generasi muda di Cirebon, Jawa Barat. Kota tier 2 ini telah mengalami penetrasi teknologi finansial atau fintech yang cukup dalam serta didukung pemerintah daerah dalam percepatan digitalisasi transaksi keuangan.
"Tidak adil rasanya kalau Generasi Djempolan hanya berakhir di kota besar. Tentunya penetrasi internet sudah banyak di kotamadya maupun kabupaten. Kami melihat Cirebon sebagai satu kota satelit yang cukup signifikan di Jawa Barat yang generasi mudanya semakin melek teknologi. Saya rasa tepat sekali untuk kita tingkatkan pengetahuan mereka tentang literasi keuangan," kata Andy N Gultom, Head of External Affairs Kredivo saat diskusi virtual, Jumat (11/3/2022).
Selain itu, Andy juga mengatakan Kredivo melihat adanya peningkatan pengguna Kredivo di Cirebon hingga 180 persen pada 2021 yang didominasi oleh kelompok usia 25-29 tahun, yakni 28 persen.
Andy menjelaskan, ada tiga hal penting yang dibawa oleh Generasi Djempolan untuk diimplementasikan oleh generasi muda. Pertama, set priority atau tentukan prioritas dan batas sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Kedua, value over price, yaitu utamakan nilai daripada harga. Ketiga, best of both worlds, yaitu selain menguasai teknologi (tech-savvy), generasi muda juga harus mampu mengatur keuangan dengan baik (financially savvy).
Diketahui bahwa berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2021 dari Google, Bain & Company, pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia terus tumbuh secara pesat dan diprediksi akan mencapai 146 miliar dolar AS atau sekira Rp 2.000 triliun di tahun 2025.
Sementara berdasarkan laporan Indonesia Paylater Ecosystem Report 2021 oleh DailySocial, penetrasi fintech seperti layanan pinjaman daring atau paylater juga terus meningkat, dengan tingkat pertumbuhan tahunan majemuknya diprediksi mencapai 27,4 persen selama periode 2021-2028. "Dengan adanya penetrasi internet ini, kita cukup paham dengan aplikasi-aplikasi keuangan. Tapi kita kadang lupa bahwa kita juga seharusnya meningkatkan pengetahuan tentang keuangan. Tidak hanya melek digital, tapi juga harus melek keuangan," ujar Andy.