REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China berjanji akan melakukan tindakan nyata untuk membantu warga Taiwan yang mengalami berbagai kesulitan, terutama selama masa pandemi Covid-19. Pemerintah China menjanjikam berbagai program pembangunan dan memberikan kesempatan yang sama dalam berusaha.
"Ketika masyarakat kedua belah pihak bersatu dan maju bersama, kami akan mendorong peningkatan perdamaian lintas-Selat dan berbagi manfaat," kata Perdana Menteri Li Keqiang seusai penutupan Sidang Parlemen Dua Sesi di Beijing, Jumat (11/3/2022).
Ia menganggap kedua sisi Selat Taiwan merupakan satu keluarga besar dan ikatan persaudaraan di antara mereka tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya."(China) Daratan akan terus berbagi peluang pembangunan dengan rekannya di Taiwan dan memberikan perlakuan yang sama kepada mereka yang datang untuk bekerja dan tinggal di Daratan," ucapnya dalam konferensi pers melalui video streaming yang diikuti sejumlah awak media lokal dan asing itu.
Ia menegaskan sikap Daratan yang menentang keras upaya-upaya separatisme yang bertujuan untuk kemerdekaan Taiwan."Prinsip dan kebijakan kami berkaitan dengan Taiwan sudah jelas. Kami berkomitmen pada prinsip satu China dan Konsensus 1992. Kami juga akan meningkatkan hubungan lintas-Selat dan reunifikasi (Taiwan) dengan China," katanya menambahkan.
Situasi lintas-Selat terus memanas dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa kali China mengerahkan kekuatan militer untuk menghadapi provokasi militer Amerika Serikat di Selat Taiwan.
Dalam sidang parlemen tahunan tersebut, PM Li menyampaikan usulan peningkatan anggaran sektor pertahanan China sebesar 7,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya hingga menjadi 1,45 triliun dolar AS yang sebagian besar akan digunakan untuk memodernisasi peralatan militer.
Anggota Dewan Negara merangkap Menteri Luar Negeri China Wang Yi dalam jumpa pers di tempat yang sama pada Senin (7/3/2022) menegaskan bahwa isu Taiwan tidak bisa disamakan dengan konflik Rusia dan Ukraina.
"Perbedaan mendasar terletak pada fakta bahwa Taiwan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari wilayah China dan masalah Taiwan sepenuhnya merupakan urusan internal China, sedangkan masalah Ukraina muncul dari perselisihan antara dua negara, yaitu Rusia dan Ukraina," ujar diplomat senior yang menduduki jabatan setingkat menteri koordinator itu menanggapi pertanyaan wartawan yang membandingkan isu Taiwan dengan situasi di Ukraina.