REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Vaksinasi Covid-19 umumnya dapat menimbulkan reaksi atau kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) terhadap sasaran vaksinasi. Tak terkecuali pada kelompok lanjut usia atau lansia.
Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Prof. Sri Rezeki Hadinegoro menjelaskan, KIPI terbagi dua yaitu bersifat lokal dan sistemik. Untuk reaksi di tempat suntikan di lengan atas yang terasa bengkak, merah, adalah KIPI yang bersifat lokal.
"Untuk reaksi sistemik itu umumnya seperti demam, mual, diare dan lainnya," kata Sri dalam diskusi secara daring, dikutip Jumat (11/3/2022).
Untuk kelompok lansia, lanjut Sri, anggota keluarga diharapkan terus memantau kondisi hingga 3 hari pasca vaksinasi Covid-19. Bila dalam 3 hari lansia mengeluhkan pusing, mual dan nyeri di area suntikan, maka dapat diberikan obat yang bersifat ringan.
"Kita bisa berikan obat-obat ringan, obat turun panas, vitamin," ujarnya.
Namun, bila KIPI yang dialami lansia lebih dari 3 hari, maka anggota keluarga harus segera menghubungi dokter yang melakukan vaksinasi kepada lansia untuk mendapatkan saran pengobatan lebih lanjut. Sri mengatakan, di kartu vaksin terdapat nomor yang bisa dihubungi jika terjadi sesuatu.
"Jadi kalau lansia (mengalami) kok sakit kepala makin berat, itu hubungi ada nomornya itu dokter yang bertanggung jawab sehingga dia bisa menyarankan berobat atau beristirahat dulu," terang Sri.
Terkait efek samping pada lansia ini, Sri mengatakan belum tentu berasal dari vaksinasi yang dilakukan. Keluhan itu bisa juga akibat dari penyakit komorbid yang sudah diderita sebelumnya.
"Pada lansia ini kan, ya kita semakin tua kan banyak sistem-sistem organ yang sudah menurun sehingga banyak komorbidnya. Jadi penyakit penyertanya, nah di sini yang kadang-kadang menjadi rancu ya, ini karena memang penyakitnya atau karena vaksinnya," paparnya.