Sabtu 12 Mar 2022 12:17 WIB

PBB tidak Tahu Soal Program Senjata Biologis di Ukraina

Senjata biologis telah dilarang sejak BWC mulai berlaku pada 1975

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Anggota Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina berlatih menggunakan senjata anti-tank NLAW di pinggiran Kyiv, Ukraina, Rabu, 9 Maret 2022. Pihak berwenang mengumumkan gencatan senjata baru pada hari Rabu untuk memungkinkan warga sipil melarikan diri dari kota-kota di sekitar ibu kota, Kyiv, serta kota-kota selatan Mariupol, Enerhodar dan Volnovakha, Izyum di timur dan Sumy di timur laut. Upaya sebelumnya untuk membangun koridor evakuasi yang aman sebagian besar gagal karena serangan oleh pasukan Rusia.
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Anggota Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina berlatih menggunakan senjata anti-tank NLAW di pinggiran Kyiv, Ukraina, Rabu, 9 Maret 2022. Pihak berwenang mengumumkan gencatan senjata baru pada hari Rabu untuk memungkinkan warga sipil melarikan diri dari kota-kota di sekitar ibu kota, Kyiv, serta kota-kota selatan Mariupol, Enerhodar dan Volnovakha, Izyum di timur dan Sumy di timur laut. Upaya sebelumnya untuk membangun koridor evakuasi yang aman sebagian besar gagal karena serangan oleh pasukan Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- PBB tidak mengetahui program senjata biologis di Ukraina. Klaim Rusia terkait program semacam itu telah ditolak oleh Washington dan sekutunya pada pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB.

Rusia mengadakan pertemuan pada Jumat (11/3/2022), untuk membahas tuduhan yang belum terbukti bahwa Ukraina mengoperasikan laboratorium senjata biologis dengan dukungan dari Amerika Serikat.

Baca Juga

"PBB tidak mengetahui adanya program senjata biologis di Ukraina," ujar Perwakilan Tinggi PBB untuk Urusan Perlucutan Senjata, Izumi Nakamitsu, dilansir Aljazirah, Sabtu (12/3/2022).

Nakamitsu mengatakan, Ukraina dan Rusia adalah negara yang berpihak pada Konvensi Senjata Biologis (BWC). Konvensi itu adalah sebuah perjanjian internasional yang melarang penggunaan senjata biologis.  

“Senjata biologis telah dilarang sejak BWC mulai berlaku pada 1975,” ujar Nakamitsu.

Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, mengatakan, Moskow telah menemukan jaringan 30 laboratorium senjata biologis di Ukraina. Tapi klaim Rusia itu ditolak oleh Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield. Dia menuduh Rusia berusaha memanfaatkan pertemuan Dewan Keamanan untuk melegitimasi disinformasi, dan menipu orang untuk membenarkan invasi yang diserukan Presiden Vladimir Putin melawan rakyat Ukraina.

“Ukraina tidak memiliki program senjata biologis. Tidak ada laboratorium senjata biologis Ukrania yang didukung oleh Amerika Serikat, tidak di dekat perbatasan Rusia atau di mana pun,” kata Thomas-Greenfield kepada Dewan Keamanan PBB.

Berdasarkan perjanjian tahun 2005, Pentagon telah membantu beberapa laboratorium kesehatan masyarakat Ukraina dengan meningkatkan keamanan patogen berbahaya dan teknologi yang digunakan untuk penelitian. Upaya tersebut telah didukung oleh negara lain dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pada Kamis (10/3/2022), WHO telah menyarankan Ukraina untuk menghancurkan patogen ancaman tinggi yang ditempatkan di laboratorium kesehatan masyarakat untuk mencegah potensi tumpahan yang akan menyebarkan penyakit di antara penduduk.

Sebelumnya Gedung Putih menolak tuduhan Rusia terkait keterlibatan AS dalam program senjata biologis di Ukraina. Gedung Putih menilai tuduhan itu tidak masuk akal. Amerika Serikat justru menuduh Kremlin menyiapkan dalih untuk menggunakan senjata kimia atau biologi dalam tindakannya.

Duta besar Inggris untuk PBB, Barbara Woodward,  dengan tegas menolak tuduhan Rusia. Woodward mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa, Moskow telah membuat serangkaian teori konspirasi yang liar, tidak berdasar, dan tidak bertanggung jawab.

 “Tidak ada sedikit pun bukti yang kredibel bahwa Ukraina memiliki program senjata biologis. Ini adalah kebohongan lain dalam kampanye disinformasi Rusia," kata Woodward.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement