REPUBLIKA.CO.ID, MINSK -- Presiden Belarusia Alexander Lukashenko dan Presiden Rusia Vladimir Putin, secara konseptual telah menyepakati dukungan timbal balik di tengah sanksi Barat. Juru bicara Kepresiden Belarus, Natalia Eismont mengatakan kepada kantor berita BelTA, kesepakatan itu dicapai setelah kedua pemimpin negara melakukan pembicaraan pada Jumat (11/3/2022), di Moskow.
"Yang terpenting, kepala negara secara konseptual menyepakati langkah bersama untuk saling mendukung di tengah tekanan sanksi, termasuk soal harga sumber energi," kata Eismont, dilansir TASS, Sabtu (12/3/2022).
Eismont mengatakan, Putin dan Lukashenko telah menyepakati pasokan peralatan militer ke Minsk. Eismont menambahkan, selama pembicaraan, kedua pemimpin negara fokus pada pengembangan kompleks industri militer dan pertahanan Negara Kesatuan.
"Secara khusus, kami menyepakati pasokan model peralatan militer paling modern dari Rusia ke Belarus dalam waktu dekat," ujar Eismont.
Eismont mengatakan, Moskow dan Minsk percaya bahwa konflik Ukraina dapat diselesaikan kapan saja jika Kiev bersedia. Eismont menambahkan, kedua kepala negara membicarakan berbagai masalah global termasuk situasi di Ukraina.
"Setelah (pembicaraan), pendapat bulat disuarakan, jika pihak Ukraina menginginkan, konflik dapat diselesaikan kapan saja," kata Eismont.
Uni Eropa menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Belarus, yang merupakan sekutu Rusia. Pada 20 Maret, Belarusian Development Bank, Belagroprombank, Bank Dabrabyt, dan anak perusahaan mereka dikeluarkan dari sistem pengiriman uang internasional, SWIFT.
Uni Eropa juga melarang transaksi dengan Bank Sentral Belarusia untuk pengelolaan cadangan dan aset. Termasuk larangan penyediaan layanan keuangan untuk lembaga publik Belarusi. Selain itu, warga negara Belarusia juga dilarang menyimpan lebih dari 100 ribu euro di perbankan Uni Eropa.
Sebelumnya Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Selasa (8/3/2022) memberlakukan larangan impor minyak dan energi lainnya dari Rusia. Sebelumnya Rusia memperingatkan bahwa harga minyak bisa melonjak hingga lebih dari 300 dolar AS per barel, jika Amerika Serikat dan Uni Eropa melarang impor minyak mentah dari Rusia.
Rusia mengatakan, Eropa mengkonsumsi sekitar 500 juta ton minyak per tahun. Rusia memasok sekitar 30 persen dari konsumsi minyak Eropa atau sebesar 150 juta ton, termasuk 80 juta ton petrokimia.
Ekonomi Rusia menghadapi krisis paling parah sejak kejatuhan Uni Soviet pada 1991. Kini Barat memberlakukan sanksi yang melumpuhkan hampir seluruh sistem keuangan dan perusahaan Rusia, menyusul invasi Moskow ke Ukraina.