REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkapkan, saat ini pembicaraan antara negaranya dan Ukraina berlangsung hampir setiap hari. Menurutnya, proses tersebut sudah membuat kemajuan tertentu.
"Saya pasti akan memberi tahu Anda tentang situasi mengenai Ukraina, pertama-tama, tentang bagaimana negosiasi berlangsung sekarang, yang sekarang diadakan hampir setiap hari. Ada perkembangan positif tertentu di sana, seperti yang dilaporkan oleh negosiator dari pihak kami kepada saya. Saya akan memberi tahu Anda lebih banyak tentang semua ini,” kata Putin setelah melakukan pertemuan dengan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, Jumat (11/3/2022), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Delegasi Rusia dan Ukraina telah melangsungkan tiga putaran pembicaraan di Belarusia. Namun kedua belah pihak belum mencapai kesepakatan gencatan senjata untuk menghentikan pertempuran yang tengah berlangsung. Delegasi Moskow dan Kiev akan mengadakan pertemuan putaran keempat dalam waktu dekat.
Pada Kamis (10/3/2022) lalu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov bertemu Menlu Ukraina Dmitry Kuleba di sela-sela forum diplomatik di Antalya, Turki. Itu merupakan pertemuan perdana mereka sejak Rusia melancarkan serangan ke Ukraina pada 24 Februari lalu.
Sebelum bertemu Lavrov di Antalya, Kuleba telah meredam ekspektasi tentang keberhasilan menyepakati kesepakatan gencatan senjata. Menurut Kuleba, prospek tersebut "terbatas" karena Moskow masih terus melakukan serangan dan pemboman ke Ukraina.
Kuleba berpendapat, tercapainya kesepakatan semacam itu bergantung pada instruksi dan arahan apa yang diberikan Kremlin kepada Lavrov. "Saya tidak menaruh harapan besar pada mereka, tapi kami akan mencoba dan mendapatkan yang terbaik dari pembicaraan," ujar Kuleba.
Pemerintah Rusia sebenarnya telah menyatakan siap melakukan pembicaraan dengan Ukraina. Namun mereka menghendaki semua tuntutannya, termasuk soal Ukraina mengambil posisi netral dan membatalkan aspirasinya bergabung dengan NATO, dipenuhi. Jika Kiev setuju memenuhi tuntutan tersebut, Moskow akan menghentikan agresinya.