Sabtu 12 Mar 2022 21:54 WIB

Pembatasan Akses Medsos Tingkatkan Permintaan VPN di Rusia

Pencarian internet untuk layanan VPN hampir dua kali lipat.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Fuji Pratiwi
Ilustrasi VPN. Akses medsos dibatasi, warga Rusia cari akses VPN.
Foto: Pikrepo
Ilustrasi VPN. Akses medsos dibatasi, warga Rusia cari akses VPN.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pembatasan akses ke jaringan sosial di tengah konflik Rusia-Ukraina membuat warga di Rusia mencari cara untuk tetap bisa berkomunikasi dengan orang di seluruh dunia. Salah satu cara yang mereka lakukan adalah menggunakan jaringan pribadi virtual (VPN).

VPN membuat koneksi terenkripsi antara perangkat dan server jarak jauh yang bisa berada di mana pun. Ini berarti, mereka bisa mengakses website yang diblokir di Rusia.

Baca Juga

Salah seorang warga Rusia yang sekarang tinggal di Uni Eropa mengatakan teman-temannya di Rusia membeli VPN untuk berkomunikasi dengan orang lain di tengah kekhawatiran akses ke dunia luar menjadi terbatas. "Ada banyak pembicaraan orang harus mendapatkan VPN ini secepat mungkin," kata pria dengan nama samaran Nikolay.

Selama sepekan terakhir, VPN sangat diminati di Rusia. Menurut perusahaan Inggris yang merekomendasikan layanan VPN, Top10VPN, pencarian internet untuk layanan VPN hampir dua kali lipat antara 4 Maret dan 10 Maret dibandingkan dengan pekan sebelumnya. Setidaknya ada 260 ribu pencarian pada 5 Maret, sehari setelah Facebook dilarang.

"Menggunakan VPN berarti orang Rusia dapat mengakses layanan internet yang memblokir lalu lintas Rusia," kata Kepala Penelitian Top10VPN, Simon Migliano, dilansir The Guardian, Sabtu (12/3/2022).

Pada Jumat (11/3/2022) lalu, Jaksa Rusia meningkatkan tekanan di media sosial barat dengan menunjuk CEO Meta Mark Zuckerberg, pemilik sebagai bagian organisasi ekstremis. Ada kekhawatiran akses ke sebagian besar internet yang lebih luas, termasuk melalui jaringan pribadi akan menjadi lebih sulit di Rusia.

Cogent Communications yang membantu membentuk kekuatan internet global dengan mendistribusikan 25 persen dari lalu lintasnya, menarik semua layanan berlisensi Rusia setelah invasi Rusia ke Ukraina. Kepala Eksekutif Cogent Dave Schaeffer mengatakan perusahaan khawatir koneksi jaringan internasional terbesarnya akan cocok digunakan pemerintah Rusia untuk aktivitas siber ofensif.

Perusahaan AS di industri yang sama Lumen Technologies juga menarik diri dari Rusia pekan ini. Namun, mereka mengatakan pihaknya menyediakan layanan sangat kecil di Rusia dan masih membantu penyedia layanan internet.

NetBlocks yang memantau konektivitas internet global menilai keputusan yang diambil oleh Cogent tidak akan meredakan kekhawatiran di antara orang Rusia terkait akses ke dunia luar yang dapat terhambat karena konflik.

Menurut Direktur Analisis Internet Kentik, Doug Madory, perusahaan pemantau jaringan, hilangnya kapasitas internet internasional dapat mengancam akses ke layanan berita barat. "Hilangnya kapasitas internet internasional dapat berdampak negatif terhadap kemampuan rata-rata pengguna Rusia untuk terhubung dengan sumber daya internet di luar negeri, seperti media berita barat," ujarnya.

Permintaan VPN dari warga di Rusia juga dapat mencerminkan ketakutan bahwa Rusia akan memutuskan diri dari internet global sepenuhnya atau mendirikan firewall bergaya China untuk memblokir akses ke situs-situs yang dianggap tidak diinginkan.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement