REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Kantor kepresidenan Prancis mengumumkan Presiden Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz mulai menghubungi Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai perang di Ukraina. Invasi Rusia ke Ukraina sudah berlangsung selama dua pekan dan menewaskan ribuan orang.
Dalam pertemuan di Uni Eropa, Jumat (12/3/2022) Macron mengatakan ia dan Scholz akan menghubungi Putin dalam beberapa jam setelah pembicaraan tripartit pada Kamis (11/3) lalu. Dilaporkan sudah lebih dari 500 warga sipil yang tewas dalam serbuan Rusia ke Ukraina.
Pertempuran di kota-kota Ukraina juga telah menghancurkan begitu banyak infrastruktur sipil dan memaksa jutaan orang mengungsi. Serangan terbesar satu negara ke negara lain di Eropa sejak Perang Dunia II ini menyebabkan krisis kemanusiaan baru.
Namun kehancuran masih jauh dari selesai. Media Amerika Serikat (AS) Vox memprediksi Rusia akan terus melancarkan serangan. Berdasarkan tembakan rudal ke kota-kota besar seperti Kiev dan Kharkiv, tujuan Putin sudah jelas yakni menguasai Ukraina agar bisa mengganti rezim yang berkuasa.
Walaupun memiliki militer yang jauh lebih kuat dan sumber daya yang lebih besar tapi tampaknya Rusia kesulitan untuk dapat menguasai Ukraina melalui serangan cepat. Terutama karena sengitnya perlawanan pasukan dan rakyat Ukraina.
Tapi hal itu menghentikan bencana, justru memicu kebuntuan dalam konflik. Meski negara-negara Barat sudah menerapkan sanksi-sanksi ekonomi terhadap Rusia. Pakar menilai semakin lama dampak perang akan semakin menghancurkan.