Ahad 13 Mar 2022 21:41 WIB

Jerman dan Prancis Mulai Hubungi Putin

Invasi Rusia ke Ukraina sudah berlangsung selama dua pekan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Agung Sasongko
 FILE - Presiden Rusia Vladimir Putin, latar depan, dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov bersiap untuk bersulang pada upacara penerimaan kredensial dari duta besar asing di Kremlin di Moskow, Rusia, pada 11 April 2018. Dalam perannya selama hampir 18 tahun, Lavrov , 71, telah melihat hubungan dengan Barat bergeser dari hampir bersahabat menjadi permusuhan terbuka, jatuh ke titik terendah baru bencana dengan perang Rusia melawan Ukraina. Invasi tersebut mendorong Uni Eropa untuk membekukan aset Putin dan Lavrov, antara lain – pukulan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap kebanggaan Moskow.
Foto: Sergei Ilnitsky/Kolam renang melalui AP, File
FILE - Presiden Rusia Vladimir Putin, latar depan, dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov bersiap untuk bersulang pada upacara penerimaan kredensial dari duta besar asing di Kremlin di Moskow, Rusia, pada 11 April 2018. Dalam perannya selama hampir 18 tahun, Lavrov , 71, telah melihat hubungan dengan Barat bergeser dari hampir bersahabat menjadi permusuhan terbuka, jatuh ke titik terendah baru bencana dengan perang Rusia melawan Ukraina. Invasi tersebut mendorong Uni Eropa untuk membekukan aset Putin dan Lavrov, antara lain – pukulan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap kebanggaan Moskow.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Kantor kepresidenan Prancis mengumumkan Presiden Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz mulai menghubungi Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai perang di Ukraina. Invasi Rusia ke Ukraina sudah berlangsung selama dua pekan dan menewaskan ribuan orang.

Dalam pertemuan di Uni Eropa, Jumat (12/3/2022) Macron mengatakan ia dan Scholz akan menghubungi Putin dalam beberapa jam setelah pembicaraan tripartit pada Kamis (11/3) lalu. Dilaporkan sudah lebih dari 500 warga sipil yang tewas dalam serbuan Rusia ke Ukraina.

Pertempuran di kota-kota Ukraina juga telah menghancurkan begitu banyak infrastruktur sipil dan memaksa jutaan orang mengungsi. Serangan terbesar satu negara ke negara lain di Eropa sejak Perang Dunia II ini menyebabkan krisis kemanusiaan baru.

Namun kehancuran masih jauh dari selesai. Media Amerika Serikat (AS) Vox memprediksi Rusia akan terus melancarkan serangan. Berdasarkan tembakan rudal ke kota-kota besar seperti Kiev dan Kharkiv, tujuan Putin sudah jelas yakni menguasai Ukraina agar bisa mengganti rezim yang berkuasa.

Walaupun memiliki militer yang jauh lebih kuat dan sumber daya yang lebih besar tapi tampaknya Rusia kesulitan untuk dapat menguasai Ukraina melalui serangan cepat. Terutama karena sengitnya perlawanan pasukan dan rakyat Ukraina.

Tapi hal itu menghentikan bencana, justru memicu kebuntuan dalam konflik. Meski negara-negara Barat sudah menerapkan sanksi-sanksi ekonomi terhadap Rusia. Pakar menilai semakin lama dampak perang akan semakin menghancurkan.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement