Senin 14 Mar 2022 07:58 WIB

KH Anwar Abbas Kecewa Logo Halal Baru tanpa Tulisan MUI dan BPJPH

Logo tersebut tidak mencerminkan kebersamaan antara BPJPH dan MUI.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Ani Nursalikah
Sekjen MUI Anwar Abbas. KH Anwar Abbas Kecewa Logo Halal Baru tanpa Tulisan MUI dan BPJPH
Foto: darmawan / republika
Sekjen MUI Anwar Abbas. KH Anwar Abbas Kecewa Logo Halal Baru tanpa Tulisan MUI dan BPJPH

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum MUI KH Anwar Abbas menyampaikan kekecewaannya dengan logo Halal baru buatan Kementerian Agama (Kemenag) melalui Badan Penyelenggara Jaminan Produk halal (BPJPH). Penyesalan itu disampaikan karena logo tersebut tidak mencerminkan kebersamaan antara BPJPH Kementerian Agama dan MUI.

"Sayang dalam logo yang baru kata MUI sudah hilang sama sekali," kata KH Anwar Abbas kepada Republika, Ahad (13/3/2022).

Baca Juga

Padahal kata dia, dalam pembicaraan di tahap-tahap awal diketahui ada tiga unsur yang ingin diperlihatkan dalam logo tersebut yaitu tulisan BPJPH, MUI dan Halal. Di mana tulisan MUI dan halal didesain dalam bahasa Arab.

"Tetapi setelah logo tersebut jadi, kata BPJPH dan MUI hilang dan yang tinggal hanya kata halal yang ditulis dalam bahasa Arab yang dibuat dalam bentuk kaligrafi," katanya.

Menurutnya, logo halal yang baru ini banyak orang tidak lagi mengetahui itu adalah tulisan halal dalam bahasa Arab karena terlalu mengedepankan kepentingan artistik yang diwarnai oleh keinginan untuk mengangkat masalah budaya bangsa. "Tetapi banyak orang mengatakan kepada saya setelah melihat logo tersebut yang tampak oleh mereka bukan kata halal dalam tulisan Arab, tapi adalah gambar gunungan yang ada dalam dunia perwayangan," katanya.

Jadi kata dia, logo ini tampaknya tidak bisa menampilkan apa yang dimaksud dengan kearifan nasional, tetapi malah kearifan lokal. Karena yang namanya budaya bangsa itu bukan hanya budaya jawa sehingga kehadiran dari logo tersebut menurutnya tidak arif.

"Saya menjadi terkesan tidak arif karena disitu tidak tercerminkan apa yang dimaksud dengan keindonesiaan yang kita junjung tinggi tersebut," katanya.

Tetapi logo itu hanya mencerminkan kearifan dari satu suku dan budaya saja dari ribuan suku dan budaya yang ada di negeri ini. "Ya memang kata persatuan dan kesatuan serta kebersamaan itu sangat mudah untuk diucapkan tetapi ternyata dalam fakta dan realitasnya terlalu sangat susah dan sulit untuk diwujudkan," katanya.

Untuk itu, secara pribadi, KH Anwar mengaku tidak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya bisa tersenyum. "Yang penting bagi saya negeri ini aman, tentram dan damai. Jangan ribut-ribut dan jangan gaduh. Bagaimana caranya? Hanya orang-orang arif dan yang bermental negarawanlah cuma yang tahu dan mengerti tentang itu," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement