REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah Kota Shenzhen, Provinsi Guangdong, di wilayah selatan China yang berbatasan dengan Hong Kong menutup semua kawasan permukiman warga dan menghentikan pelayanan transportasi umum, terhitung mulai Senin (14/3/2022) dini hari.
Penutupan atau pemberlakuan penguncian wilayah (lockdown) tersebut ditetapkan setelah situasi Covid-19 memburuk bahkan sejak 15 Februari sampai saat ini terdapat 432 kasus. Sedangkan tetangganya, Hong Kong, dilaporkan terjadi 66 kasus lokal, termasuk enam kasus tanpa gejala, pada Ahad (12/3).
Semua institusi publik, kecuali pekerja anti-Covid, memberlakukan mekanisme bekerja dari rumah (WFH), demikian pengumuman dari Pemkot Shenzhen. Semua perusahaan di kota itu juga meminta karyawannya bekerja dari rumah dan menangguhkan semua kegiatan produksi dan bisnis, kecuali perusahaan yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak, seperti air, listrik, bahan bakar minyak, gas, dan makanan untuk menjaga terjaminnya pasokan kepada warga kota setempat dan warga Hong Kong.
Tempat-tempat keramaian dan mal semua tutup, kecuali swalayan, toko farmasi, klinik kesehatan, dan usaha jasa katering yang bertugas melayani kebutuhan warga sebagaimana laporan sejumlah media. Semua bus dan kereta metro di Shenzhen ditangguhkan pelayanannya, kecuali angkutan barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Warga dilarang meninggalkan wilayah kota kecuali ada keperluan mendadak dan harus menunjukkan hasil negatif tes PCR dalam 24 jam terakhir. Penguncian wilayah tersebut diperkirakan akan berlangsung hingga Ahad (20/3) dengan memperhatikan situasi pandemi lebih lanjut, demikian pengumuman Pemkot Shenzhen.
Shenzhen yang berada di wilayah selatan China merupakan salah satu kota terbesar yang menjadi pusat industri elektronik dan telekomunikasi. Raksasa teknologi komunikasi China Huawei berkantor pusat di kota itu. Kota yang dijuluki sebagai "Silicon Valley" versi China itu menjadi tempat favorit para pekerja asing dalam mengais rezeki.