Senin 14 Mar 2022 13:00 WIB

Mahfud MD Paparkan Bahaya Radikalisme di Hadapan Ulama Thoriqah

Pesan anti-radikalisme disampaikan oleh Mahfud MD.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Muhammad Hafil
 Mahfud Paparkan Bahaya Radikalisme di Hadapan Ulama Thoriqah. Foto:  Menko Polhukam Mahfud MD.
Foto: Dok Kemenko Polhukam
Mahfud Paparkan Bahaya Radikalisme di Hadapan Ulama Thoriqah. Foto: Menko Polhukam Mahfud MD.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Moordinator Bidang Politik, Bukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menegaskan, salah satu ancaman dalam merawat kebersatuan hidup berbangsa dan bernegara adalah radikalisme. Hal ini Mahfud sampaikan di hadapan pimpinan thoriqah yang tergabung dalam Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah (Jatman) pada acara Musyawarah Qubro Jatman, di Bengkulu, Ahad (13/3).

"Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai anugrah Allah yang kita miliki, harus kita rawat. Salah satu yang mengancam dalam merawat NKRI ini adalah radikalisme, yaitu satu gerakan yang ingin membongkar kesepakatan-kesepakatan dalam hidup bernegara sebagai Darul Mitsaq," kata Mahfud dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Senin (14/3).

Baca Juga

Dalam kesempatan itu, Mahfud menjelaskan bagaimana membumikan nilai-nilai luhur thoriqoh untuk memperkokoh NKRI. Menurut dia, negara yang dibangun dengan kesempatan tidak boleh dibongkar dengan cara melanggar hukum.

"Kita membangun NKRI berdasarkan ijtihad para ulama. Ulama thoriqoh memberikan sumbangan besar bagi berdirinya negara ini," jelasnya.

Mahfud berharap, para pengamal thoriqoh yang tergabung dalam Jatman senantiasa mendukung pemerintahan yang sah, dan selalu berikhtiar meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dzikir, serta pengembangan di bidang mental dan spiritual melalui amalan thoriqiah.

"Jatman sebagai organisasi yang menghimpun dan menjadi payung besar bagi para pengamal berbagai ajaran thoriqoh di Indonesia, semoga senantiasa menegaskan kecintaannya kepada bangsa dan negara Indonesia," ujar dia.

Kemudian, di hadapan para pengamal thoriqoh, Mahfud menjelaskan tiga tingkatan radikalisme, yaitu jihadis, takfiri, dan radikalisme ideologi. Ia menilai, Jihadis adalah paling ekstrim yang meyakini melakukan pembunuhan kepada orang lain yang tidak sepaham, atau bahkan membunuh orang dan kelompok tertentu yang dianggap menghalang-halangi terwujudnya paham mereka. 

Mahfud mencontohkan, salah satunya, yakni gerakan yang dilakukan ISIS dan beberapa kelompok terorisme lainnya di Indonesia. "Mereka tidak hanya menyerang kelompok yang dianggap sebagai lawan, tetapi juga pihak yang dipandang menghalangi tujuan mereka, misalnya Polri," ungkapnya.

Sedangkan Takfiri adalah paham yang menganggap paham lain, walaupun satu agama, merupakan paham yang sesat, kafir, yang tidak saja harus dijauhi tetapi harus dimusuhi. "Selanjutnya tingkatan radikalisme terakhir yang lunak, namun, tetap berbahaya adalah radikalisme ideologis. Mereka memiliki paham tertentu yang dianggap paling benar dan menyalahkan paham yang dianut orang lain, bahkan paham nasional seperti Pancasila pun disebut sesat," tutur dia.

"Masuk ke sekolah-sekolah, bilang negara kita ini salah. Murid, santri diracuni, menganggap negara bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Islam," tambahnya menjelaskan.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement