REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pernyataan mundurnya KH Miftachul Akhyar sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat mendapatkan reaksi dari jajaran MUI di daerah. MUI Jawa Timur bahkan menyampaikan nota keberatan atas mundurnya Rais Aam PBN tersebut.
"Menyikapi informasi pernyataan pengunduran diri KH. Miftachul Akhyar sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia seperti yang diberitakan secara luas oleh berbagai media, bersama ini Dewan Pimpinan MUI Provinsi Jawa Timur menyampaikan nota keberatan dan ketidaksetujuan atas pernyataan pengunduran diri tersebut," Sekrwtaris Umum MUI Jatim, Prof Akh Muzakki dalam keterangan resmi yang diterima Republika.co.id, Senin (14/3).
Nota keberatan itu tertuang dalam surat MUI Jawa Timur secara resmi bernomor A-13/DP-P/III/2022, tertanggal 9 Sya'ban 1443 H bertepatan 12 Maret 2022, ditandatangani Ketum MUI jatim KH Moh Hasan Mutawakkil Alallah Sekum MUI Jatim, Prof Akh Muzakki.
Dalam Nota Keberatan itu, MUI jatim menyampaikan sejumlah pertimbangan. Pertama, Surat Dewan Pimpinan MUI Provinsi Jawa Timur kepada Dewan Pimpinan MUI Nomor: 162/MUI/JTM/XII/2021 tertanggal 29 Desember 2021 tentang permohonan kepada Ketua Umum MUI agar tidak mundur dari jabatannya.
Kedua, aspirasi di lapangan yang menunjukkan keberatan atas pernyataan pengunduran diri KH Miftachul Akhyar sebagai Ketua Umum MUI. Ketiga, kepentingan kemaslahatan yang lebih besar bagi agama, bangsa dan negara.
Keempat, MUI dinilai masih memerlukan sosok KH Miftachul Akhyar untuk jabatan Ketua Umum yang mumpuni yang mampu merekatkan dan memperkuat persatuan serta kesatuan umat dan bangsa.
Seperti diketahui, pernyataan mundurnya KH Miftachul Akhyar sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat cukup mengejutkan banyak pihak. Dalam internal jajaran kepengurusan MUI Pusat pun mendapat reaksi keberatan.
Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas mengaku terkejut, bahkan menulis surat terbuka yang ditujukan kepada jajaran PBNU dan warga NU agar mengikhlaskan KH Miftachul Akhyar, Rais Aam PBNU, tetap mengemban amanah kepemimpinan umat Islam di Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Dengan alasan, figur KH Miftachul Akhyar dibutuhkan karena mampu mengayomi elemen-elemen organisasi Islam dalam naungan MUI. Buya Anwar Abbas menegaskan, KH Miftachul Akhyar dipilih oleh semua pemilik hak suara di MUI tanpa perbedaan pendapat. Semua suara ingin MUI dipimpin oleh KH Miftachul Akhyar.
"Beliau Pak KH Miftachul Akhyar kami pilih untuk menjadi ketua umum kami di MUI dengan suara bulat tanpa ada lonjong sedikitpun," kata Buya Anwar.