Senin 14 Mar 2022 11:55 WIB

IFRC Ingatkan Dampak Covid-19 Masih Dirasakan Jutaan Jiwa

Hidup berdampingan dengan Covid-19 bukan keberuntungan yang dirasakan banyak negara

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Covid-19 (ilustrasi)
Foto: www.pixabay.com
Covid-19 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA  — Sudah dua tahun pandemi Covid-19 berlangsung. Beberapa negara menyatakan krisis ini telah usai walau hidup jutaan jiwa masih hidup di tengah ambang kerentanan. Tingkat vaksinasi yang masih rendah, sistem kesehatan dan kapasitas diagnostik yang lemah menjadi beberapa faktor penghambat transisi menuju kehidupan dengan “kenormalan baru."

“Untuk dapat hidup berdampingan dengan virus (Covid-19), bukanlah sebuah keberuntungan yang dapat dirasakan oleh banyak pihak di belahan bumi ini," kata Presiden Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) Francesco Rocca dalam siaran pers yang Republika terima, Senin (14/3/2022).

"Memastikan akses yang merata untuk vaksin, pelayanan diagnostik, dan perawatan tidak hanya mampu menyelamatkan banyak jiwa tetapi melindungi dunia dari varian baru yang mungkin lebih berbahaya,"  Hal tersebut satu-satunya upaya agar kita dapat hidup kembali normal. Tidak ada yang selamat hingga kita semua terlindungi,” tambah Rocca.

Relawan dan staf Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di seluruh dunia memastikan kesetaraan akses terhadap vaksin kepada masyarakat marginal dan rentan. Peran relawan sangatlah penting, tidak hanya untuk membantu masyarakat mendapatkan vaksinasi, tetapi juga untuk menyampaikan informasi, membangun kepercayaan, dan memberantas disinformasi terkait Covid-19.

Sejak awal pandemi, kurang lebih 300 juta individu telah dijangkau oleh mereka melalui kegiatan ini. Palang Merah Zambia aktif melakukan kampanye untuk melakukan vaksin ke daerah yang sulit terjangkau.

Relawan dimobilisasi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat bersama tokoh masyarakat yang bertujuan agar Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS) dapat diimplementasikan mengingat Zambia merupakan salah satu negara dengan sistem kesehatan yang rentan dan dinilai memiliki tingkat penyebaran hoaks yang tinggi dan cepat.

Gelombang infeksi di Afghanistan juga memorakporandakan sistem kesehatan. Bulan Sabit Merah Afghanistan meningkatkan kapasitas pelayanannya di klinik kesehatan dan rumah sakit rujukan Covid-19 di Kabul serta mendukung upaya vaksinasi bersamaan dengan kampanye informasi untuk mencegah penyebaran virus.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement