REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muhammadiyah memunculkan banyak tokoh ulama dan pejuang. Mereka berjasa dalam mengembangkan dakwah dan pendidikan. Salah seorang di antaranya ialah KH Muhammad Wardan Diponingrat (1911-1991).
Di kalangan Persyarikatan, alim yang bergelar Kiai Kanjeng Raden Penghulu itu dikenang sebagai seorang pakar ilmu hisab. Didorong kegelisahan tentang model penentuan awal bulan Hijriyah, ia pun mem perkenalkan wujudul hilal.
Cara itu kemudian menjadi jalan tengah antara hisab ijtima dan imkanur rukyat. Hingga kini, konsep yang digagas putra KRPH Muhammad Sangidu-- pengusul nama Muhammadiyah--itu terus dipakai organisasi tersebut.
Sosok yang pernah memimpin Majelis Tarjih PP Muhammadiyah (1963-1985) itu lahir di Kampung Kauman, Yogyakarta, pada 19 Mei 1911 M/20 Jumadil Ula 1329 H. Ayahnya, KH Sangidu merupakan penghulu ke-13 Kraton Yogyakarta era 1914-1940. Adapun ibundanya bernama Nyai Jauhariyah.
Muhammad Wardan dibesarkan di lingkungan keluarga yang saleh. Selain itu, orang tuanya pun aktif merintis Muhammadiyah, organisasi yang digagas KH Ahmad Dahlan.Kiai Sangidu selalu mendukung Kiai Dahlan yang ingin menerapkan ide-ide reformisme Islam di tengah masyarakat.
Dengan perantaraan Kiai Sangidu, Muhammadiyah dapat diterima pihak Keraton.Bapak 12 orang anak itu juga terdaftar sebagai anggota perdana persyarikatan ini. Gerakan yang dibentuk sejak 18 November 1912 M/8 Dzulhijjah 1330 H itu kemudian mendapatkan status badan hukum dari pemerintah kolonial Belanda. Alhasil, lebih leluasa dalam mendirikan berbagai amal usaha.