Senin 14 Mar 2022 15:45 WIB

KH Muhammad Wardan Diponingrat, Pelopor Metode Wujudul Hilal (III-Habis)

Sebagai seorang ulama, KH Muhammad Wardan Diponingrat memiliki berbagai kepakaran.

KH Muhammad Wardan Diponingrat.
Foto: Tangkapan Layar
KH Muhammad Wardan Diponingrat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai seorang ulama, KH Muhammad Wardan Diponingrat memiliki berbagai kepakaran. Sejarah mencatat, alim kelahiran Yogyakarta itu tidak hanya ahli dalam bidang ilmu falak, tetapi juga kesusastraan. Buktinya, tokoh Muhammadiyah itu menulis sebuah kitab, Risalah Maulid Nabi Muhammad SAW.

Karya itu berisi syair-syair pujian kepada Rasulullah SAW. Teks puisi itu kemudian dibacakan dalam pelbagai acara, termasuk ucapara Sekaten Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Di Masjid Gedhe Kauman, perayaan Maulid Nabi SAW digelar tiap tanggal 12 Rabiul Awal.Seluruh elemen kesultanan dan rakyat memeriahkan peringatan tersebut.

Baca Juga

Kiai Wardan bukan sekadar mubaligh. Ia pun pernah menjabat sebagai penghulu keraton. Karena itu, sang kiai sangat mengakrabi dunia budaya Jawa.

Di lingkungan Persyarikatan, ia cukup lama mengetuai Majelis Tarjih Muhammadiyah. Dalam buku 100 Tokoh Muhammadiyah yang Menginspirasi (halaman 232) dijelaskan, Kiai Wardan gemar menulis dan menghasilkan karya.

Kitabnya yang berisi sajak-sajak Maulid Nabi SAW menjadi salah satu karya yang digemari masyarakat luas. Buku itu rutin dibaca di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta. Keberadaannya menggantikan Kitab Barzanji dan Ghaiti.

Kitab ini merupakan buah kecintaan Kiai Wardan kepada Rasulullah SAW. Di Muhammadiyah sendiri, tidak ada atau jarang adanya tradisi kesenian baca-puisi saat Maulid. Barang kali, itulah mengapa Risalah Maulid karya ulama tersebut seperti hilang dalam literasi di Persyarikatan.

Selain itu, Kiai Wardan juga menulis banyak kitab lainnya. Di antaranya adalah Perait (Faraidh), Fekih Nikah-Talak-Rujuk (1953), Ilmu Tata Berunding, Umdatul Hisab, Kitab Hisab dan Falak, serta Hisab Urfi dan Hakiki.

Ulama yang gemar mendirikan shalat tahajud itu wafat dalam usia 80 tahun pada 3 Februari 1991 M. Jenazahnya dimakamkan di kompleks permakaman keluarga raja-raja Hastorenggo, Kota Gede, Yogyakarta

Kiai Wardan meninggalkan seorang istri, Siti Juwariyah. Wanita itu merupakan cucu sang pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan. Selain itu, almarhum juga memiliki tujuh orang anak. Mereka adalah Siti Hunaidah, Mohammad Djazman Al Kindy, Siti Barniyah, Ahmad Djihaz Al Farizi, Siti Hadiroh, Siti Wisamah, dan Djafnah. Al Kindy adalah pendiri organisasi otonom Ikatan Mahasiswa Muhamamdiyah (IMM) dan juga mantan rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta.

sumber : Islam Digest
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement