REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Australia memperingatkan peluncuran booster yang lambat bisa mengakibatkan gelombang infeksi baru covid-19 di tengah ancaman dari sub-varian BA.2. Dilansir dari Channel News Asia pada Senin (14/3/2022), Australia berjuang melawan rekor kasus dan tingkat rawat inap selama gelombang Omicron awal.
Negara itu, kini telah stabil selama enam minggu terakhir. Sebagian besar negara bagian telah melonggarkan aturan jarak sosial dengan persyaratan masker tidak diwajibkan di tempat-tempat luar maupun dalam ruangan.
"Namun infeksi harian kemungkinan bisa berlipat ganda dalam empat hingga enam minggu ke depan karena sub-varian baru tampaknya akan menjadi jenis yang dominan," kata Menteri Kesehatan New South Wales Brad Hazzard.
Menurut data resmi, hanya lebih dari 57 persen orang di atas usia 16 tahun telah menerima dosis ketiga vaksin Covid-19 di New South Wales. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berdasarkan data awal, mengatakan bulan lalu bahwa varian BA.2 tampaknya lebih menular daripada sub-varian BA.1 asli.
Pakar kesehatan dan ahli epidemiologi telah meminta pemerintah Australia untuk mempertimbangkan menerapkan kembali beberapa pembatasan termasuk memakai masker wajib di supermarket dan tempat-tempat dalam ruangan lainnya.
Namun, Perdana Menteri Scott Morrison selama akhir pekan mengatakan para pemimpin politik negara itu ingin pindah ke fase baru hidup dengan Covid-19 seolah-olah itu adalah flu biasa.