REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Lebih dari 2.500 warga sipil tewas dalam serangan tentara Rusia di kota Mariupol yang terkepung, di tenggara Ukraina, kata seorang pejabat senior dari Kantor Presiden Ukraina melalui sebuah pernyataan pada Senin (14/3/2022).
Tentara Ukraina sejauh ini telah menggagalkan serangan Rusia di kota pelabuhan Mariupol, tetapi juga “menurut data resmi pemerintah setempat, lebih dari 2.500 warga sipil tewas akibat serangan Rusia,” menurut Oleksiy Arestovych, penasihat kepresidenan Ukraina.
Meski begitu pasukan Rusia tidak dapat merebut kota itu, kata Arestovych dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh media lokal, sambil menuduh pasukan Rusia menargetkan bangunan sipil.
"Rusia ingin menghapus kota itu dari muka bumi," imbuh Arestovych.
Dia pada Sabtu mengatakan bahwa militer Ukraina telah menghancurkan sepertiga dari tentara Rusia.
“Menurut komando kami, dari lebih dari 90 batalyon kelompok taktis yang digunakan oleh musuh di Ukraina sejak 24 Februari, lebih dari 30 di antaranya telah musnah atau kehilangan kemampuan tempur,” ujar dia.
Arestovych menegaskan negaranya telah mengalahkan sepertiga dari kekuatan musuh.
Sebelumnya pada Ahad, Palang Merah mengatakan "skenario terburuk" menunggu ratusan ribu warga sipil yang terperangkap di Mariupol, yang menghadapi kelaparan atau kematian kecuali jika kesepakatan kemanusiaan yang konkret dicapai segera.
“Ratusan ribu penduduk kota sekarang menghadapi kekurangan ekstrim atau total kekurangan kebutuhan dasar seperti makanan, air dan obat-obatan,” kata sebuah pernyataan dari Komite Palang Merah Internasional.
Menurut perkiraan PBB, sekitar 2,8 juta orang telah melarikan diri ke negara-negara tetangga sejak Rusia memulai perangnya di Ukraina pada 24 Februari.