REPUBLIKA.CO.ID, BELGRADE -- Serbia tidak akan bergabung dengan aliansi militer NATO dan sebaliknya akan melindungi tanah dan wilayah udaranya sendiri, kata presiden negara itu pada Senin (14/3/2022) saat berkampanye untuk pemilihan kembali di kota selatan Vranje.
"Kami akan melindungi anak-anak kami dan masa depan, kami memiliki cukup tentara. Kepentingan kami adalah perdamaian dan diplomasi, tetapi masa pogrom dan penganiayaan sudah berakhir," kata Aleksandar Vucic pada acara Partai Progresif Serbia (SNS).
Mengatakan dia "takut" apa yang mungkin dibawa orang lain ke Serbia, dia menambahkan bahwa dia yakin rakyat akan memilih dengan benar dalam pemilihan umum yang ditetapkan pada 3 April.
Rusia telah menentang ekspansi NATO, dan menyebutnya sebagai alasan perang yang diluncurkan bulan lalu di Ukraina, meskipun Kyiv tidak mendekati aliansi militer itu.
Moskow secara khusus menentang keanggotaan NATO untuk negara-negara yang memiliki ikatan bersejarah dengan etnis Slavia dan Kristen Ortodoks Paskah seperti Serbia.
Di wilayah Balkan Barat, Makedonia Utara, Kosovo, dan Albania telah bergabung dengan sanksi Uni Eropa dan AS terhadap Rusia atas perang Ukraina.
Serbia mengatakan mendukung integritas teritorial Ukraina tetapi menolak untuk menjatuhkan sanksi terhadap Rusia. Vucic telah menjabat sebagai presiden Serbia sejak 2017, dan saat ini sedang mencari masa jabatan kedua, yang menurut konstitusi akan menjadi masa yang terakhir.