JAKARTA — Menteri BUMN Erick Thohir punya cerita tentang kopi Indonesia. Cerita yang mungkin akan membawa kita kembali pada masa kejayaan Java Coffee.
Masa dimana Indonesia merajai pasar kopi dunia, dengan produk kopinya yang berkualitas. Hingga akhirnya penyakit kopi menyerang perkebunan kopi Indonesia hancur berantakan, dan gagal bangkit.
Dan saat ini Erick Thohir punya mimpi besar untuk membangkitkan kembali kopi Indonesia. Agar kopi Indonesia kembali menjadi produk yang bisa membawa petani, pengolah, pedagang, dan semua ekosistem kopi di dalamnya sejahtera.
Baca Juga: Pendeta Saifudin Pernah Dipenjara tapi tak Kapok Hina Islam
Berkisah tentang kopi, Erick melihat besarnya potensi kopi yang dimiliki Indonesia. Indonesia saat ini menjadi produsen kopi nomor empat terbesar di dunia. Dan saat inipun penyerapan produksi kopi dari dalam negeri sudah mencapai hampir 50 persen.
Salah satu problem yang masih dihadapi Indonesia, menurut Erick, terletak pada masalah proses pengolahan kopi. Di proses ini, Indonesia dinilai Erick masih kalah dengan negara lain.
Baca: Viral Perempuan Pamer Bakar Bendera Merah Putih
Kenapa proses pengolahan kopi bermasalah?. Erick menyebut karena petani kopi Indonesia banyak yang terjebak lintah darah. Akibatnya petani pun kejar setoran saat panen kopi. Petani kopi tidak bisa menunggu petik kopi merah alias petik kopi hingga matang.
Selain itu, menurut Erick, pascapanen pun pengolahannya tidak maksimal. Salah satu yang dsebut Erick adalah masalah pengeringan kopi yang kurang baik.
Erick memiliki ide tentang bagaimana kopi Indonesia bisa banyak terserap dari pasar dalam negeri. Jika itu terjadi, menurut Erick, kopi Indonesia dii pasar kopi global harganya tidak akan jatuh.
Erick memberikan permisalan tentang kebijakan bersama memprioritaskan kedai-kedai kopi, yang franchisenya harus dengan orang Indonesia. Jika kopi yang dihasilkan oleh kedai kopi ini berkualitas dan digandrungi generasi milenial, maka hal itu dapat meningkatkan kualitas komoditas kopi petani Indonesia.
Baca Juga Info tentang Kopi:
Kenapa kandungan Kafein Robusta Lebih Tinggi dari Arabica?
Kedai Kopi jadi Tempatnya Para Pemberontak
Apa yang dikatakan Erick mungkin banyak benarnya, Gais .. Karena bicara kualitas kopi adalah bicara proses yang berkesinambungan. Mulai dari proses panen, proses pascapanen hingga roasting, dan di ujungnya adalah proses penyajian kopi.
Proses penanaman hingga panen hanyalah proses awal sebuah cita rasa kopi. Walaupun di proses ini di dalamnya tentu banyak hal yang bisa dilakukan pemerintah untuk membantu petani kopi. Mulai dari pendampingan hingga mempermudah pengadaan pupuk.
Di pascapanen, petani juga butuh dukungan yang sama. Untuk pengolahan kopi hingga menjadi green beans perlu waktu yang panjang. Mulai dari pilihan metode wash, naturan, wine, dan sebagainya.
Tentu saja di pascapanen ini, membutuhkan waktu dan biaya proses pengolahan yang besar dan lama. Mungkin petani kopi banyak yang tidak akan mampu melakukannya sendiri. Jika mereka tidak punya kelompok ataupun tidak mendapat bantuan pemerintah, membeli alat untuk memecah biji kopi saja sangatlah mahal.
Belum lagi jika kita bicara seberapa tahan petani kopi tidak menjual kopinya. Karena proses pascapanen dari pilihan metode pemecahan kulit hingga pengeringan membutuhkan waktu yang cukup lama.
Mungkin inilah pentingnya gagasan Erick membangun ekosistem kopi. Sebuah gagasan yang mungkin akan membuat sinergi dari semua pelaku industri kopi. Mulai dari petani kopi, pemilik kedai kopi, hingga mungkin importir kopi.
Semoga gagasan ini bisa benar-benar diimplikasikan di lapangan. Sehingga semua pelaku kopi Indonesia akan sejahtera. Jayalah Kopi Indonesia, Sejahtera Petani Kopi Indonesia.