Selasa 15 Mar 2022 10:30 WIB

Telegram Aplikasi Pilihan di Tengah Perang Ukraina

Pengungsi dan warga Ukraina memilih aplikasi Telegram untuk dapatkan info soal perang

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
 Ilustrasi foto menunjukkan logo aplikasi perpesanan media sosial Telegram.
Foto: EPA-EFE/IAN LANGSDON
Ilustrasi foto menunjukkan logo aplikasi perpesanan media sosial Telegram.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS — Pengungsi dan warga Ukraina memilih aplikasi kirim pesan Telegram untuk mendapat informasi dan berita seputar perang. Seperti Artem Kliuchnikov yang membawa keluarganya keluar dari Ukraina beberapa hari sebelum invasi Rusia.

Kini bersama istri dan ketiga anaknya, Kliuchnikov hidup dengan aman di Paris, Prancis. Ia berusaha mendapatkan informasi dan berita mengenai perkembangan perang di Ukraina melalui Telegram.

Baca Juga

"Seperti pengeboman rumah sakit bersalin di Mariupol, bahkan sebelumnya muncul di berita, anda melihat video-videonya di saluran Telegram," kata Kliuchnikov pada NPR, Senin (14/3). "Telegram telah menjadi sumber utama berita saya," ujarnya.

Sejak perang meletus, Telegram muncul menjadi tempat sumber berita tanpa filter bagi Ukraina maupun masyarakat Rusia. Berbeda dari kompetitor-kompetitornya, Telegram dikenal memiliki fitur saluran atau channel yang bisa diatur untuk umum atau public dan tertutup atau private.

Sejumlah saluran jurnalis bawah tanah di Telegram cukup terkenal. Teknologi itu juga digunakan pekerja kemanusiaan dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk menyiarkan berbagai pengumuman dan pidato. Jumlah orang yang mengikuti satu saluran tertentu tidak terbatas.

Tidak seperti Facebook, Twitter, dan jaringan sosial populer lainnya. Tidak ada iklan di Telegram dan arus informasi juga tidak dikendalikan algoritma.

Seorang pengusaha asal Rusia yang tinggal di Brasil, Andrey mengatakan, Telegram salah satu dari sedikitnya ruang bagi warga Rusia untuk mendapatkan informasi independen mengenai perang. Ia tidak bersedia dicantumkan nama belakangnya karena khawatir dengan pembalasan pemerintah.

"Ada beberapa juta warga Rusia yang dapat mengangkat kepala mereka dari propaganda dan mencoba mencari sumber lain dan saya akan katan sebagian besar melihat di Telegram," kata Andrey.  Telegram tidak banyak mengatur konten dan juga salah satu pusat propaganda dan informasi palsu. Banyak saluran pro Kremlin yang sangat populer.

"Warga Rusia benar-benar tak terhubung dengan kenyataan pada apa yang terjadi pada negara mereka, jadi Telegram sangat penting bagi masyarakat berbahasa Rusia untuk memahami apa yang terjadi," tambah Andrey.

Baca  juga : Kremlin: Putin Perintahkan Militer Tahan Diri Serbu Kota Besar Ukraina

Meski tampaknya aplikasi ini penting untuk menyebarkan informasi independen. Tapi sejumlah pakar khawatir dengan keamanan Telegram. Sebab, pesan-pesan yang disiarkan di aplikasi itu tidak sepenuhnya terenkripsi.

Maka secara teori perusahaan dapat mengakses konten-konten yang disiarkan di aplikasi tersebut. Mereka juga dapat menyerahkan data bila diminta pemerintah.

"Terdapat risiko signifikan ancaman dari dalam atau peretasan sistem Telegram dapat mengekspos semua percakapan ini pada pemerintah Rusia," kata Direktur Keamanan Siber Electronic Frontier Foundation Eva Galperin.

Standar emas enkripsi atau dikenal end-to-end encryption adalah di mana hanya pengirim dan penerima yang dapat menerima pesan. Telegram menyediakan fitur ini bila diaktifkan namanya Secret Chat. Panggilan suara dan video juga sepenuhnya terenkripsi.

Baca juga : Miliarder Rusia: Dunia Hadapi Krisis Pangan Akibat Perang Ukraina

Tapi karena percakapan kelompok atau group dan fitur saluran Telegram tidak menggunakan end-to-end encryption, menurut Galperin, privasi pengguna terancam. Ia meminta Telegram segera memperbaiki privasi pengguna.

"Ada banyak hal yang dapat Telegram lakukan selama ini, dan mereka tahu persis siapa mereka dan mereka tidak melakukannya, itulah mengapa saya tidak memercayai mereka," kata Galperin.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement