Selasa 15 Mar 2022 13:16 WIB

Rusia Tegaskan tak Butuh Bantuan China untuk Kuasai Kota Besar Ukraina

Jubir Putin sebut sejumlah kota besar Ukraina telah dikepung pasukan Rusia.

Rep: Antara/Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
 Citra satelit multispektral yang disediakan oleh Maxar Technologies ini menunjukkan pemandangan kebakaran di kawasan industri di distrik Primorskyi di Mariupol barat, Ukraina, selama invasi Rusia, Sabtu, 12 Maret 2022.
Foto: AP/Maxar Technologies
Citra satelit multispektral yang disediakan oleh Maxar Technologies ini menunjukkan pemandangan kebakaran di kawasan industri di distrik Primorskyi di Mariupol barat, Ukraina, selama invasi Rusia, Sabtu, 12 Maret 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kremlin, kantor Presiden Vladimir Putin, menyebutkan bahwa Rusia bisa menguasai kota-kota besar Ukraina sesuai rencana. Mereka mewanti-wanti Barat bahwa Moskow punya kekuatan militer yang cukup untuk mencapai tujuannya di Ukraina tanpa bantuan apa pun dari China.

"Kementerian pertahanan Federasi Rusia, seraya memastikan keamanan maksimal bagi penduduk sipil, tidak mengecualikan kemungkinan untuk mengendalikan penuh pusat-pusat populasi utama," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, Senin (14/3/2022).

Baca Juga

Menurut Peskov, sejumlah kota besar Ukraina telah dikepung pasukan Rusia. Ketika ditanya oleh Reuters soal pernyataan dari pejabat Amerika Serikat, yang menyebutkan bahwa Rusia meminta peralatan militer kepada China? Peskov menjawab. "Tidak"."Rusia memiliki kemampuan sendiri untuk meneruskan operasi tersebut. Seperti yang kami katakan, (operasi) itu akan berjalan sesuai rencana dan akan selesai sepenuhnya dan tepat waktu."

Sementara itu, Penasihat kepala staf presiden Ukraina, Oleksiy Arestovych memprediksi perang di negaranya baru dapat berakhir awal Mei. Ketika Rusia kehabisan sumber daya untuk menyerang negara tetangganya.

Sejauh ini hasil perundingan antara Kyiv dan Moskow masih sangat sedikit di luar beberapa koridor kemanusiaan di kota-kota yang dikepung. Arestovich tidak terlibat langsung dengan perundingan-perundingan tersebut.

Dari video yang dipublikasikan beberapa media Ukraina Senin (14/3) kemarin Arestovich mengatakan kapan tepatnya perang berakhir tergantung seberapa banyak sumber daya yang Kremlin hendak gunakan dalam invasi ini.

"Saya pikir paling lambat bulan Mei, awal Mei, kami harus memiliki kesepakatan damai, mungkin jauh lebih awal, kami akan lihat nanti, saya berbicara tentang kemungkinan yang paling lambat," kata Arestovich, dalam video tersebut.  

"Saat ini kami berada di persimpangan jalan, entah kesepakatan damai dicapai dengan cepat, dalam satu atau dua pekan, tentara ditarik dan semuanya, atau akan ada upaya menyatukan beberapa, dapat dikatakan, Suriah yang kedua, dan ketika kami menggilas mereka juga, sebuah kesepakatan pada pertengahan April atau akhir April," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement