REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Departemen Kaderisasi Pemuda dan Remaja Masjid Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia (PP DMI), Ahmad Syarifudin, menanggapi program Kementerian Agama (Kemenag) yang akan memetakan potensi masjid. Kemenag melalui program itu ingin memperkuat peran masjid dan memberdayakan ekonomi umat.
Syarifudin mengatakan, program pemetaan potensi masjid bagus dan harus digarap serius. Artinya setelah pemetaan potensi masjid dilakukan, programnya dilanjutkan sampai jamaah masjid dan masjidnya benar-benar bisa berdaya.
"Di Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim, memiliki banyak masjid bersejarah, masjid yang ikonik, masjid agung dan lain sebagainya, di antara masjid-masjid itu ada yang berpotensi dijadikan destinasi wisata religi dan sejarah," kata Syarifudin kepada Republika, Selasa (15/3/2022).
Aktivis remaja masjid ini memberi masukan, jika ingin menjadikan masjid bersejarah menjadi destinasi wisata religi dan sejarah harus digarap serius dan profesional. Menurutnya masih ada masjid-masjid penting dan bersejarah yang tidak digarap serius sehingga pemeliharaan dan pengelolaannya masih cukup memprihatinkan.
Syarifudin mengatakan, jika masjid bersejarah digarap serius untuk dijadikan destinasi wisata, dampaknya akan baik bagi perekonomian jamaah masjid tersebut. Selain itu, masyarakat dari kalangan siswa, siswi, mahasiswa dan umum akan lebih mengenal sejarah bangsanya yang sangat erat kaitannya dengan Islam.
"Semakin masyarakat mengenal sejarah bangsanya, Insya Allah akan semakin mencintai Tanah Air, terlebih bagi umat Islam mencintai, merawat dan menjaga Tanah Air sesuai dengan ajaran agama Islam," ujarnya.
Syarifudin menambahkan, masjid juga diharapkan bisa membantu perekonomian jamaahnya. Ada banyak hal yang bisa dilakukan masjid untuk mendongkrak ekonomi jamaahnya sesuai potensinya masing-masing.
Misalnya ada masjid yang memiliki aula, aulanya disewakan untuk acara pernikahan dan kegiatan kemasyarakatan lainnya. Pada setiap acara-acara kemasyarakatan di masjid, jamaahnya bisa berjualan semacam bazar. Kalau masyarakatnya petani, bisa berjualan hasil pertanian atau makanan olahan hasil pertanian.
"Untuk mewujudkan semua itu tentu harus serius dan melibatkan banyak pihak, untuk membimbing masjid dan jamaahnya agar bisa mandiri dan memanfaatkan potensi masjid dan wilayah di sekitarnya untuk kepentingan masyarakat atau jamaah masjid," jelas Syarifudin.