Selasa 15 Mar 2022 15:06 WIB

Wabah di Jilin Meluas, Kasus Baru Covid-19 China Naik Dua Kali Lipat

Jilin larang 24,1 juta penduduknya bepergian antarkota atau antarprovinsi tanpa izin

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Akibat lonjakan kasus Covid-19, Jilin melarang 24,1 juta penduduknya bepergian antarkota atau antarprovinsi tanpa izin kepolisian. Ilustrasi.
Foto: AP/AP
Akibat lonjakan kasus Covid-19, Jilin melarang 24,1 juta penduduknya bepergian antarkota atau antarprovinsi tanpa izin kepolisian. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - China pada Selasa (15/3/2022) melaporkan kenaikan kasus harian Covid-19 lebih dari dua kali lipat ketika wabah virus corona semakin meluas di bagian timur laut negara itu. Jumlah kasus penularan lokal dengan gejala terkonfirmasi pada Senin (14/3/2022) mencapai 3.507, kata Komisi Kesehatan Nasional, naik dari 1.337 kasus pada Ahad (13/3/2022).

Angka pada Senin itu merupakan rekor tertinggi dalam dua tahun terakhir. Hampir 90 persen dari jumlah kasus baru itu ditemukan di Jilin. Provinsi di timur laut China itu telah melarang 24,1 juta penduduknya bepergian antarkota atau antarprovinsi tanpa izin dari kepolisian.

Baca Juga

Seorang pejabat Partai Komunis setempat mengatakan pemerintah Jilin harus menyiapkan rumah sakit rujukan, rumah sakit sementara, dan tempat-tempat tak terpakai untuk memastikan semua pasien dan kontak dekat mereka diisolasi. Jumlah kasus baru tanpa gejala, yang tidak dicatat sebagai kasus terkonfirmasi di China, mencapai 1.768 pada Senin, naik dari 906 kasus pada Ahad.

Tidak ada kematian yang tercatat pada Senin, sehingga angka totalnya masih 4.636 jiwa selama pandemi. Jumlah kasus Covid-19 di China masih terbilang kecil dalam skala global. Namun, pakar kesehatan mengatakan tingkat kenaikan harian dalam beberapa pekan ke depan akan menjadi faktor penentu apakah pendekatan "nol kasus dinamis" yang ketat masih efektif melawan varian Omicron yang menular cepat.

Sistem peramalan Covid-19 Universitas Lanzhou memprediksi lonjakan infeksi saat ini akan bisa dikendalikan pada awal April setelah total akumulasinya mencapai sekitar 35 ribu kasus. Universitas itu mengatakan meskipun wabah saat ini merupakan yang terburuk sejak Wuhan pada 2020, China akan dapat mengendalikannya selama pembatasan ketat dilakukan. Hingga 14 Maret, China telah melaporkan 120.504 kasus terkonfirmasi, termasuk kasus impor dari luar daratan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement