REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pandemi dan konflik di Eropa membuat industri mobil mengalami sejumlah persoalan pasokan. Hal itu pun memberikan pengaruh terhadap harga jual mobil.
Dikutip dari Car and Driver pada Selasa (15/3/2022), saat ini harga jual mobil terus mengalami lonjakan signifikan. Lonjakan itu terjadi baik pada mobil baru maupun mobil bekas.
Bureau of Labor Statistics AS mencatat, pada 2022, harga mobil baru rata-rata naik 12,2 persen dibandingkan dengan harga 2021. Sedangkan mobil bekas mengalami lonjakan hingga 40 persen.
Naiknya harga pada mobil baru sendiri disebabkan oleh ketidak seimbangan antara pasokan dan jumlah permintaan. Hal itu pun membuat sebagian konsumen beralih pada pasar mobil bekas dan membuat harga mobil bekas juga mengalami peningkatan yang signifikan.
Konflik antara Rusia dan Ukraina sendiri memberikan dampak yang signifikan terhadap pasokan mobil karena terdapat beberapa pabrikan yang memiliki fasilitas perakitan di Ukraina. Beberapa brand yang memilki fasikitas perakitan di Ukraina adalah Volkswagen, BMW dan Porsche.
Sejumlah pabrikan itu pun saat ini tengah melakukan pengurangan produksi di Ukraina. Padahal, produk rakitan Ukraina itu merupakan produk yang diperuntukan bagi sejumlah pasar di negara lain seperti AS.
Tapi, harga saat ini dianggap telah mencapai titik puncak. Sehingga, harga mobil mungkin akan bertahan sesuai dengan kondisi pasar dan pasokan. Diperkirakan, harga tersebut baru akan mengalami penurunan pada 2024.
Di satu sisi, kejadian selama beberapa tahun terakhir ini berpotensi mendorong adanya transformasi industri. Terutama dari aspek dealer. Kemungkinan, dealer tak akan lagi menyediakan pasokan yang berlebihan sehingga dealer tak perlu memberikan diskon jika suatu waktu terdapat kelebihan pasokan.