REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Real Madrid terus berlari dalam perebutan gelar juara La Liga Spanyol musim ini. Kemenangan, 3-0, atas Real Mallorca pada jornada ke-28, akhir pekan lalu, membawa Los Blancos unggul 10 poin di puncak klasemen sementara La Liga.
Sevilla, yang berada di peringkat kedua, gagal memetik poin penuh usai ditahan imbang Rayo Vallecano, 1-1, akhir pekan lalu. Los Nervionenses gagal menempel raihan poin Los Blancos dan harus puas mengakhiri jornada ke-29 dengan raihan 56 poin dari 28 laga.
Sementara Los Blancos terus menjauh dengan raihan 66 poin. Tim besutan Carlo Ancelotti itu berhasil mengemas 20 kemenangan, enam hasil imbang, dan dua kekalahan dari 28 laga.
Dengan menilik keunggulan poin dan sisa 10 laga di La Liga musim ini, tren positif penampilan, Los Blancos pun menjadi kandidat terkuat peraih gelar juara La Liga. Terlebih, klub asal ibu kota Spanyol tengah berada dalam tren positif penampilan dengan torehan kemenangan beruntun di lima laga terakhir, termasuk saat membungkam PSG, 3-1, di laga leg kedua babak 16 besar Liga Champions.
Los Blancos pun dinilai tengah berada dalam trek yang tepat untuk merebut titel La Liga dari Atletico Madrid pada musim ini. Kendati begitu, pelatih Madrid, Carlo Ancelotti, tidak mau buru-buru dalam menilai peluang timnya merengkuh titel La Liga musim ini.
Meski Madrid mengantongi keuntungan dengan keunggulan 10 poin, pelatih asal Italia itu berharap, anak-anak asuhnya bisa memetik hasil maksimal sebelum melakoni jeda internasional, akhir bulan ini.
''Tidak ada yang berubah. Kami memang memiliki keuntungan dan hal itu sangat bagus. Namun, kami harus menjaga konsistensi performa dan raihan hasil sebelum memasuki jeda internasional,'' ujar Ancelotti seperti dilanir Marca, Selasa (15/3/2022).
Eks pelatih Bayern Muenchen itu pun mengingatkan kembali soal kegagalannya merengkuh titel Liga Champions saat masih menukangi AC Milan. Pelatih berusia 62 tahun itu merujuk pada partai final Liga Champions musim 2004/2005. Saat itu, Milan, di bawah kendali Ancelotti, berhasil unggul tiga gol pada babak pertama atas Liverpool.
Namun, pada babak kedua, The Reds bisa menyamakan kedudukan. I Rossoneri akhirnya harus gigit jari usai kalah di babak adu penalti. Hingga kini, laga yang digelar di Stadion Attaturk, Istanbul, Turki itu kerap disebut sebagai ''Keajaiban di Istanbul''.
''Saya bisa katakan hal itu karena saya telah mengalami kekalahan di partai final Liga Champions setelah sempat menang, 3-0. Saya harap, itu (kekecewaan) tidak akan terjadi lagi,'' kata mantan pelatih Everton tersebut.