Suatu hari di penghujung 2016, ketika milter Suriah mengepung paruh timur kota Aleppo beserta 270.000 penduduknya, Afraa Hashem mendadak disapa anak tertuanya,"mama, apa kita bisa makan ikan hari ini?,” tanya Wisam, 11 tahun, kendati tidak seorangpun anaknya suka makan ikan.
Afraa menyanggupi permintaan tersebut. Dalam situasi sulit, orang bahkan merindukan hal-hal yang tidak disukainya, pikir ibu tiga anak itu.
Tapi blokade kota yang menutup suplai makanan memaksa warga Aleppo memanfaatkan apa yang tersisa. Hari itu, Afraa tidak punya ikan. Dia mengakalinya dengan membuat roti goreng yang dibumbui dengan ketumbar, bawang putih dan lada merah. Bersama, mereka berpura-pura seakan sedang menyantap ikan.
"Bukan cuma saya,” kata dia. "Semua perempuan di Aleppo juga mencari berbagai cara serupa untuk bisa memberi makan anaknya”, tambah Afraa.