REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Otoritas Air Palestina yang berbasis di Gaza mengatakan, Selasa (15/3/2022), 35 persen dari penduduk Gaza sekarang dapat minum air segar dari keran di rumah mereka. Ini merupkan kabar baik, setelah serangkaian proyek dilakukan untuk mengatasi krisis air di daerah kantong pantai yang terkepung dilaksanakan.
“Presentase ini masih lebih kecil dibandingkan dengan akses populasi lain ke air, tapi ini merupakan peningkatan daripada yang kami miliki di tahun-tahun sebelumnya,” kata Direktur Jenderal Unit Koordinasi Proyek di Otoritas Air Marwan al-Bardawil, dilansir dari Al Araby, Rabu (16/3/2022).
Selama bertahun-tahun, organisasi hak asasi manusia telah memperingatkan tentang situasi yang memburuk terkait air minum di Jalur Gaza. Pada sesi ke- 48 Dewan Hak Asasi Manusia PBB Oktober lalu, Institut Global untuk Air, Lingkungan dan Kesehatan dan Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Mediterania menyatakan kondisi air di Gaza tidak layak diminum dan bahkan akan meracuni mereka.
Pemerintah Gaza yang berkuasa, Hamas, menuduh Israel bertanggung jawab atas krisis air yang semakin parah setelah memberlakukan blokade yang mencekik di Gaza pada 2007. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tingkat salinitas dan nitrat di air tanah Gaza jauh di atas pedoman untuk air minum yang aman.
“Sekitar 50 persen anak-anak Gaza menderita infeksi yang disebabkan oleh air,” kata WHO.
Dalam upaya menyediakan air minum yang aman bagi warga Gaza, otoritas lokal dan organisasi swasta telah mendirikan pabrik desalinasi di seluruh kantong yang terkepung. Rencana disusun pada 2012 oleh Otoritas Air dan sekitar 720 juta dolar AS telah diinvestasikan dalam mengembangkan sektor air sejak 2015.
“Kami telah mendirikan tiga pabrik desalinasi, satu di kota Deir al-Balah di Jalur Gaza tengah, satu di kota Khan Yunis dan yang terakhir di Jalur Gaza utara, untuk menyediakan air bersih ke seluruh wilayah Jalur Gaza," kata al-Bardawil.
Dia menjelaskan, 12 reservoir bawah tanah didirikan untuk menerima air ini, baik air penerima itu dari perusahaan Israel atau melalui desalinasi yang kemudian dicampur dengan sumur yang dapat digunakan, sebelum didistribusikan ke penduduk di Gaza. “Pada 2015, sekitar 97 persen air yang dipompa ke jaringan distribusi untuk warga adalah air asin, tidak layak minum. Hanya lima persen penduduk yang minum air dari jaringan tersebut, sedangkan 95 persen bergantung pada pembelian air,” katanya.
Namun, proyek-proyek yang baru dilaksanakan sekarang memastikan sekitar 35 persen dari penduduk Gaza sudah dapat minum air dari keran di rumah mereka. Misalnya, mereka yang tinggal di daerah seperti East Khan Younis, Al-Bureij, Al-Nuseirat dan Al-Mughazi di tengah. Jalur Gaza, dan lingkungan di pusat dan barat daya Kota Gaza.
Al-Bardawil menekankan pekerjaan masih berlangsung untuk mengembangkan kembali jaringan distribusi di seluruh Jalur Gaza, dan akan dimulai setelah Ramadhan.
https://english.alaraby.co.uk/news/35-gazans-can-now-drink-freshwater-home-official