Rabu 16 Mar 2022 10:47 WIB

Konflik Ukraina-Rusia tak Berkaitan dengan Perundingan Nuklir Iran

Konflik Rusia-Ukraina tak memiliki keterkaitan terhadap upaya kesepakatan nuklir Iran

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
 Foto satelit dari Planet Labs Inc. menunjukkan fasilitas nuklir Natanz Iran pada hari Rabu, 14 April 2021.
Foto: ap/Planet Labs Inc.
Foto satelit dari Planet Labs Inc. menunjukkan fasilitas nuklir Natanz Iran pada hari Rabu, 14 April 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian, mengatakan, konflik antara Rusia-Ukraina tidak memiliki keterkaitan terhadap upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 atau Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA). Sebelumnya negosiasi JCPOA antara Iran dan kekuatan dunia di Wina dihentikan, menyusul tuntutan oleh Rusia.

"Tidak ada hubungan antara perkembangan di Ukraina dan pembicaraan Wina. Rusia bukanlah halangan untuk mencapai kesepakatan di Wina," kata Amir-Abdollahian, dilansir Alarabiya, Rabu (16/3/2022).

Baca Juga

Rusia merupakan salah satu peserta dalam pembicaraan JCPOA bersama Iran, China, Inggris, Prancis, dan Jerman. Sementara Amerika Serikat (AS) berpartisipasi secara tidak langsung dalam pembicaraan tersebut, karena Teheran menolak untuk bernegosiasi langsung dengan Washington. Amir-Abdollahian mengatakan, Rusia akan terus hadir dalam negosiasi JCPOA.

“Rusia akan terus bersama kami sampai akhir pembicaraan," kata Amir-Abdollahian seperti dikutip oleh media pemerintah Iran.

Pembicaraan di Wina dihentikan pekan lalu, karena permintaan Rusia. Jeda itu terjadi beberapa hari setelah Moskow menginginkan jaminan tertulis dari Washington. Moskow minta Washington menjamin kerja sama ekonomi dan militer antara Rusia dengan Iran tidak akan dirugikan oleh sanksi Barat yang dijatuhkan atas invasi ke Ukraina. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Selasa (15/3/2022) mengatakan, sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia terkait Ukraina secara langsung mempengaruhi kepentingan negara kita dalam konteks kesepakatan nuklir.

“Jadi, sanksi harus diperhitungkan. Ini adalah aspek baru yang tidak bisa diabaikan, dan harus diperhitungkan," kata Peskov.

Sebelumnya Inggris, Prancis, dan Jerman memperingatkan Rusia bahwa tuntutannya berisiko mengagalkan kesepakatan JCPOA. “Tidak ada yang harus berusaha untuk mengeksploitasi negosiasi JCPOA untuk mendapatkan jaminan yang terpisah dari JCPOA,” kata Prancis, Inggris, dan Jerman dalam sebuah pernyataan bersama.

Amerika Serikat telah menolak tuntutan Rusia karena dinilai tidak relevan. Amerika Serikat mengatakan, sanksi terhadap Moskow atas invasinya ke Ukraina tidak terkait dengan kesepakatan nuklir Iran.

Iran memandang Rusia sebagai sekutu strategis. Sejauh ini para pejabat Iran bmenahan diri untuk tidak mengkritik Moskow atas jeda dalam pembicaraan nuklir. Sebaliknya, Iran justru menyalahkan AS terkait jeda pembicaraan tersebut.

Pembicaraan di Wina dimulai pada April 2021. Pembicaraan ini bertujuan untuk membawa Iran kembali mematuhi kesepakatan JCPOA, dan memfasilitasi kembalinya AS ke kesepakatan tersebut. Kesepakatan itu menawarkan keringanan sanksi Iran dengan imbalan pembatasan program nuklirnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement