REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara menembakkan proyektil tidak dikenal pada Rabu (16/3/2022). Namun, menurut militer Korea Selatan, tampaknya penembakan itu gagal segera setelah peluncuran.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS) mengatakan, proyektil itu ditembakkan dari lapangan udara di luar ibu kota Korea Utara, Pyongyang. "Diduga gagal segera setelah peluncuran," kata pernyataan itu.
Lapor lembaga penyiaran publik Jepang NHK menyatakan, sebuah sumber di Kementerian Pertahanan Jepang menyebut proyektil itu sebagai rudal balistik potensial.
Lapangan terbang tersebut telah menjadi lokasi beberapa peluncuran baru-baru ini, termasuk pada 27 Februari dan 5 Maret. Pyongyang mengatakan uji coba itu untuk mengembangkan komponen satelit pengintai dan tidak mengidentifikasi roket apa yang digunakannya, tetapi Seoul dan Washington mengatakan itu adalah uji coba dari sistem rudal balistik antarbenua (ICBM )baru.
Korea Utara telah menembakkan rudal pada frekuensi yang belum pernah terjadi sebelumnya tahun ini. Pyongyang melakukan uji coba senjata ketujuh pada 5 Maret, menarik kecaman dari Amerika Serikat (AS), Korea Selatan, dan Jepang. Sistem ICBM baru, Hwasong-17, diresmikan pada parade militer pada 2020 dan muncul kembali pada pameran pertahanan pada Oktober 2021.
Peluncuran 27 Februari dan 5 Maret tidak menunjukkan jangkauan penuh rudal. Analis mengatakan Korea Utara mungkin hanya menggunakan satu tahap rudal atau menyesuaikan volume bahan bakarnya untuk terbang di ketinggian yang lebih rendah.
Hwasong-17 akan menjadi ICBM terbesar Korea Utara. Kata pejabat AS dan Korea Selatan pekan lalu, pemerintahan Kim Jong-un juga tampaknya sedang memulihkan beberapa terowongan di lokasi uji coba nuklirnya yang ditutup.
Korea Utara belum menguji ICBM atau bom nuklir sejak 2017. Namun Pyongyang mengatakan dapat melanjutkan pengujian tersebut karena pembicaraan denuklirisasi dengan Washington terhenti.
Masalah uji coba ini pun menjadi pembahasan Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan dengan diplomat senior Cina Yang Jiechi di Roma pada Senin (14/3/2022). Seorang pejabat senior AS mengatakan, keduanya memastikan akan segera melakukan pembicaraan lanjutan untuk diskusi sebelumnya antara Perwakilan Khusus AS untuk Korea Utara Sung Kim dan mitranya dari Cina, Liu Xiaoming. Mereka akan merundingkan tentang cara untuk menekan Pyongyang agar menghentikan program senjata nuklirnya.