REPUBLIKA.CO.ID, BARCELONA -- Udara panas dari Gurun Sahara telah berputar di atas Laut Mediterania dan melapisi Spanyol dengan debu merah-oranye. Kondisi tersebut membuat pihak berwenang mengeluarkan peringatan kualitas udara yang sangat buruk untuk Madrid dan sebagian besar negara itu pada Selasa (15/3/2022).
Indeks kualitas udara nasional mencantumkan ibu kota dan sebagian besar pantai tenggara dalam kondisi sangat tidak baik. Peringatan itu merupakan peringkat terburuk dalam level kualitas udara.
Layanan cuaca Spanyol menggambarkan badai debu dari Sahara luar biasa dan sangat intens. Debu diperkirakan akan terus menumpuk hingga Rabu (16/3/2022) dan bisa mencapai utara hingga Belanda dan barat laut Jerman. Pada Selasa, badai debu menyebar ke negara tetangga Portugal.
Gelombang udara panas juga mempengaruhi kualitas udara di utara Madrid, sejauh barat Kepulauan Canary Spanyol di Samudra Atlantik, dan di Kepulauan Balearic Spanyol di Mediterania. Layanan cuaca mengatakan massa udara panas dari Afrika yang dibawa oleh badai dan membawa hujan yang sangat dibutuhkan untuk Spanyol dalam kekeringan, juga mendorong suhu di beberapa daerah hingga 20 derajat Celcius.
Banyak orang Spanyol terbangun dengan pemandangan lapisan debu merah-oranye menutupi teras, jalan, dan mobil. Langit di ibu kota dan kota-kota lain memiliki semburat pasir. Jarak pandang di Madrid dan kota-kota seperti Granada dan Leon berkurang menjadi empat kilometer.
Sedangkan di wilayah Malaga pantai selatan, debu bercampur hujan di udara sebelum turun. "Sepertinya hujan lumpur. Saya berada di dalam mobil pagi ini dan lumpur benar-benar berjatuhan," kata mahasiswa di University Alvaro Lopez.
Otoritas darurat merekomendasikan agar penduduk menggunakan masker wajah yang memang masih banyak digunakan sejak pandemi, jika mereka pergi ke luar dan menghindari olahraga di luar ruangan.
Juru bicara layanan cuaca Spanyol Ruben del Campo mengatakan meskipun tidak jelas apakah perubahan iklim memiliki hubungan langsung dengan kondisi itu, perluasan Gurun Sahara selama seabad terakhir telah meningkatkan potensi badai debu yang lebih besar di Eropa. Dia juga mengatakan pola cuaca yang bergejolak secara bertahap terkait dengan perubahan iklim dapat berperan.
"Ada banyak kekhawatiran mengenai dampak perubahan iklim terhadap pola frekuensi dan intensitas badai yang mendukung datangnya debu ke negara kita," kata Del Campo.