REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengembangan Vaksin COVID-19 Universitas Airlangga (Unair) Prof Fedik Abdul Rantam mengatakan, data yang diperoleh dari proses uji klinis fase 1 vaksin Merah Putih untuk COVID-19 yang bibit vaksinnya dikembangkan oleh Unair saat ini masih dalam tahap analisis. "Hasil uji klinis fase 1 sejauh ini kita masih melakukan analisis. Laporan ke BPOM tentu dalam proses di sini, tapi sejauh ini baik," kata Fedik dalam Webinar 'Ketahanan Kesehatan Nasional: Pengembangan Vaksin Merah Putih' di Jakarta, Rabu (16/3/2022).
Unair bekerja sama dengan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia mengembangkan vaksin dengan platform inactivated virus, dan saat ini sedang menjalani uji klinis fase 1, dengan 90 relawan yang menerima suntikan vaksin tersebut. Jika hasil uji klinis fase 1 membuahkan hasil yang baik maka bisa dilanjutkan ke fase 2 dengan 405 peserta uji, dan kemudian ke fase 3 dengan 5.000 peserta uji.
Fedik menuturkan, pelaksanaan uji klinis kandidat vaksin memerlukan dana yang besar dan sumber daya yang memadai sehingga dalam prosesnya melibatkan banyak pihak termasuk mitra industri yakni PT Biotis, Kementerian Kesehatan, RSUD Dr Soetomodan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Jika semua proses berjalan lancar dan sesuai jadwal, ditargetkan pada Agustus 2022, vaksin tersebut dapat memperoleh izin penggunaan darurat (emergency use authorization) dari BPOM. Sementara produksi massal ditargetkan setelah mendapatkan izin penggunaan darurat sehingga vaksin bisa langsung digunakan di masyarakat.
"Semuanya adalah tentu harapan kami, Bimbingan dari BPOM tidak lepas karena tanpa itu kita tidak tahu kesalahan di mana kira-kira," tuturnya.
Pihak Unair juga sudah menyiapkan tata kelola yang baik untuk bank sel (cell bank) dan bank bibit virus (seed virus bank) sehingga untuk kebutuhan produksi vaksin tiga tahun ke depan, tidak ada masalah dalam penyediaan cell dan seed virus.