REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Perang Rusia-Ukraina memasuki hari ke-21 hingga Rabu (16/3/2022). Rusia mengatakan, bahwa perundingan damai dengan Ukraina tidak mudah. Namun dia yakin ada beberapa harapan untuk mencapai hasil nyata untuk menghentikan perang.
Salah satu yang tengah dibahas serius adalah soal netralitas Ukraina. "Negosiasi tidak mudah karena alasan yang jelas," kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov kepada RBC News.
Namun demikian, ada beberapa harapan untuk mencapai kompromi. "Status netral sekarang sedang dibahas secara serius, tentu saja, dengan jaminan keamanan," kata Lavrov.
Ukraina juga telah membuat pernyataan positif tentang perundingan damainya dengan Rusia. Dikatakan bahwa Ukraina bersedia untuk bernegosiasi sampai akhir perang, tetapi tidak akan menyerah atau menerima ultimatum Rusia.
Lavrov mengatakan isu-isu kunci yang dibahas termasuk keamanan orang-orang di Ukraina timur, demiliterisasi Ukraina dan hak-hak orang berbahasa Rusia di Ukraina. Mengumumkan invasi pada 24 Februari, Presiden Vladimir Putin menyalahkan Amerika Serikat karena mengancam Rusia dengan memperbesar aliansi militer NATO ke arah timur Rusia.
Putin mengatakan tidak ada pilihan selain melancarkan operasi militer karena orang-orang berbahasa Rusia di Ukraina telah menjadi sasaran genosida oleh "nasionalis dan neo-Nazi" sejak pencaplokan Krimea oleh Rusia pada 2014. Ukraina dan Barat mengatakan klaim genosida tidak berdasar.