Rabu 16 Mar 2022 22:01 WIB

Ukraina Menolak Proposal Netralitas Rusia

Zelenskyy ingin perundingan yang adil untuk Ukraina.

Rep: Mabruroh/ Red: Teguh Firmansyah
Dalam gambar dari video yang disediakan oleh Kantor Pers Kepresidenan Ukraina dan diposting di Facebook, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berbicara di Kyiv, Ukraina, pada Rabu, 9 Maret 2022.
Foto: Ukrainian Presidential Press Office via AP
Dalam gambar dari video yang disediakan oleh Kantor Pers Kepresidenan Ukraina dan diposting di Facebook, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berbicara di Kyiv, Ukraina, pada Rabu, 9 Maret 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, KYIV -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan pada Rabu (16/3/2022), bahwa negosiasi damai harus mengarah pada kesepakatan yang adil untuk Ukraina. Termasuk jaminan keamanan yang pasti dan melindungi mereka dari ancaman di masa depan.

“Kita bisa dan harus berjuang hari ini, sekarang. Kita bisa dan harus mempertahankan negara kita, hidup kita, hidup Ukraina kita. Kami dapat dan harus merundingkan perdamaian yang adil tapi adil untuk Ukraina, jaminan keamanan nyata yang akan berhasil,” katanya dalam sebuah pidato video dilansir dari Al Arabiya, Rabu (16/3/2022).

Baca Juga

Perunding utama Ukraina Mikhailo Podolyak mengatakan, Kyiv ingin keamanannya dijamin oleh pasukan internasional dan menolak proposal yang didorong oleh Rusia untuk mengadopsi status netral sebanding dengan Austria atau Swedia.

“Ukraina sekarang dalam keadaan perang langsung dengan Rusia. Akibatnya, modelnya hanya bisa 'Ukraina' dan hanya pada jaminan keamanan yang diverifikasi secara hukum,” kata Podolyak dalam komentar yang diterbitkan oleh kantor Presiden Volodymyr Zelenskyy.

Dia menyerukan perjanjian keamanan mengikat secara hukum, yang ditandatangani oleh mitra internasional, yang tidak akan mundur jika terjadi serangan terhadap Ukraina, seperti hari ini.

Kremlin sebelumnya mengatakan, bahwa Ukraina netral di sepanjang garis Swedia atau Austria sedang dibahas dalam pembicaraan dengan Kyiv untuk mengakhiri tiga minggu pertempuran di Ukraina. "Ini adalah opsi yang sedang dibahas sekarang dan itu dapat dianggap sebagai kompromi," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan.

Komentarnya muncul setelah Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov mengatakan netralitas menjadi pusat perhatian dalam pembicaraan. Negosiator utama Rusia sebelumnya telah memperkenalkan proposal yang ditolak oleh Ukraina.

Swedia secara resmi sebagai negara non-blok di masa damai dan netral di masa perang, setelah mengakhiri kebijakan netralitasnya pada 1992 di akhir Perang Dingin Mereka anggota NATO, tetapi telah menjadi mitra aliansi selama hampir 30 tahun.

Pada akhir Perang Dingin, Swedia memangkas pengeluaran militernya, tetapi mulai berinvestasi kembali dalam pertahanannya setelah aneksasi Rusia atas semenanjung Krimea pada 2014.

Menteri luar negeri Rusia mengatakan pada Rabu pagi bahwa Moskow dan Kyiv "hampir menyetujui" kata-kata dari kesepakatan tentang netralitas. Kedua belah pihak sebelumnya telah meningkatkan harapan akan terobosan, mengacu pada dokumen yang hampir dibuat dan ditandatangani.

Perunding utama Rusia Vladimir Medinsky mengatakan kepada wartawan, bahwa pembicaraan itu "lambat dan sulit" tetapi mengatakan Kremlin menginginkan perdamaian "sesegera mungkin."

Selain netralitas untuk Ukraina, Medinsky mengatakan isu-isu termasuk status semenanjung Krimea serta wilayah yang dipegang selama bertahun-tahun oleh separatis pro-Moskow sedang dibahas.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement