REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ofisial Prancis Terbuka mengatakan Novak Djokovic akan dapat bersaing di turnamen French Open pada Mei bahkan jika dia tidak divaksinasi Covid-19. Syaratnya, pembatasan Covid-19 di Prancis masih tetap dicabut saat French Open digelar.
Djokovic tidak bisa bermain di Australian Open setelah dideportasi dari Australia pada Januari karena tidak divaksinasi Covid-19.
Menurut Associated Press, Direktur Prancis Terbuka Amelie Mauresmo mengumumkan berita tersebut pada konferensi pers. "Pada tahap ini, tidak ada yang menghentikannya untuk kembali ke lapangan" kata Mauresmo, dikutip AP.
Penyelenggara juga mengumumkan bahwa pemain Rusia akan dapat bersaing tetapi tidak akan bersaing di bawah bendera Rusia karena invasi berkelanjutan negara mereka ke Ukraina. Awal pekan ini, Prancis mencabut pembatasan COVID-19, termasuk wajib mengenakan masker di sebagian besar tempat. Pihak berwenang juga mengizinkan orang yang tidak divaksinasi kembali ke restoran, arena olahraga, dan tempat lainnya.
Djokovic telah memenangkan French Open dua kali dan memiliki total 20 gelar utama, kurang satu dari rekor yang dipegang oleh Rafael Nadal setelah petenis Spanyol itu memenangkan Australia Open tahun ini.
Presiden Federasi Tenis Prancis Gilles Moretton mengatakan, meskipun Djokovic sekarang bebas bermain, otoritas Prancis mungkin terpaksa memberlakukan pembatasan baru jika situasi virus memburuk sebelum turnamen dimulai pada 22 Mei.
"Itu bukan terserah kami," kata Moretton. “Hari ini ada sedikit virus yang menyebar. Kami cukup yakin bahwa lampunya hijau, tetapi kami semua berhati-hati tentang apa yang telah terjadi selama dua tahun terakhir.”