Kamis 17 Mar 2022 12:18 WIB

Sejumlah Rambu Peringatan Bencana di Garut Rusak dan Hilang

Rambu dengan tiang dari besi yang dipasang di 15 lokasi dilaporkan hilang di Kecamata

Pengendara melintasi ruas jalan yang diberi rambu pembatas akibat pergerakan tanah dan longsor. (Ilustrasi)
Foto: ANTARA/Novrian Arbi
Pengendara melintasi ruas jalan yang diberi rambu pembatas akibat pergerakan tanah dan longsor. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut di Provinsi Jawa Barat menyampaikan, sejumlah rambu peringatan bencana dan rambu jalur evakuasi yang dipasang di bagian selatan Garut rusak dan hilang. Padahal, keberadaan rambu peringatan bencana dan jalur evakuasi itu sangat penting. 

"Lumayan banyak rambu jalur evakuasi dan bahaya bencana di sana hilang atau rusak, padahal itu penting," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Garut Satria Budi di Garut, Kamis (17/3/2022).

Menurut dia, BPBD Garut telah memasang rambu peringatan bencana alam dan rambu jalur evakuasi di 50 lokasi untuk memudahkan warga menyelamatkan diri saat terjadi bencana. Dia mengatakan, bahwa rambu dengan tiang dari besi yang dipasang di 15 lokasi dilaporkan hilang, termasuk di antaranya rambu peringatan area rawan longsor di Kecamatan Bungbulang.

"Mungkin oleh orang yang tidak tahu fungsinya itu sengaja diambil," katanya.

Dia mengimbau, warga ikut menjaga rambu jalur evakuasi dan rambu peringatan bencana yang dipasang di daerah rawan bencana."Kami harap rambu-rambu itu dijaga dengan baik, karena jelas fungsinya akan sangat membantu masyarakat," katanya.

Tak perlu panik

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau warga agar tidak panik dengan peningkatan aktivitas gempa terkini. "Peningkatan aktivitas gempa sepekan terakhir ini merupakan hal yang wajar, karena sumber gempa kita memang banyak dan sangat aktif, kita tetap tenang dan tidak perlu panik," ujar Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, Kamis (17/3/2022).

Daryono mengatakan, rentetan gempa yang sepekan terakhir terjadi bukan karena saling picu satu gempa dengan yang lain dan tidak ada kaitan antara satu gempa dengan yang lain. "Jika gempa yang terjadi lokasi dan waktunya berdekatan, bukan berarti gempa tersebut saling picu tetapi karena memang sumber gempa kita sangat banyak," kata dia.

Kata dia, rentetan gempa sepekan terakhir merupakan bagian dari proses alam, yang sebenarnya dapat diantisipasi dan dikurangi risikonya. Menurutnya, patut disyukuri bahwa rentetan gempa sepekan terakhir ini kekuatannya relatif kecil, sehingga tidak menimbulkan kerusakan dan korban jiwa.

Daryono mengatakan, potensi gempa dan tsunami akan selalu ada di wilayah Indonesia dan kapan terjadinya tidak dapat diprediksi, sehingga upaya mitigasi tetap harus disiapkan.

"Pastikan rumah kita strukturnya tahan gempa dan kita memahami cara selamat saat terjadi gempa dan tsunami," ujar Daryono.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement