Kamis 17 Mar 2022 13:41 WIB

WHO: Kondisi Penularan Covid-19 Saat Ini 'Puncak Gunung Es'

WHO tetap memperingatkan negara-negara di dunia untuk waspada Covid-19.

Rep: Santi Sopia/ Red: Nora Azizah
WHO tetap memperingatkan negara-negara di dunia untuk waspada Covid-19.
Foto: EPA-EFE/ANDY RAIN
WHO tetap memperingatkan negara-negara di dunia untuk waspada Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah lebih dari sebulan mengalami penurunan, kasus Covid-19 global kembali meningkat pekan lalu, dengan lonjakan terbesar di wilayah Pasifik Barat, meliputi Korea Selatan dan China. Angka-angka yang menunjukkan peningkatan global dalam kasus Covid-19 dinilai dapat menjadi masalah yang jauh lebih besar karena beberapa negara juga melaporkan penurunan tingkat pengujian (tes), menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), awal pekan ini.

WHO pun memperingatkan negara-negara di dunia untuk tetap waspada. Sebab, kondisi saat ini dianggap hanya sebagai ‘puncak gunung es’, yang artinya boleh jadi dunia masih akan melihat lonjakan ke depannya.

Baca Juga

"Peningkatan ini terjadi meskipun ada pengurangan pengujian di beberapa negara, yang berarti kasus yang kami lihat hanyalah puncak gunung es," kata kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, kepada wartawan, seperti dilansir dari laman NBC, Kamis (17/3/2022).

Kombinasi faktor yang menyebabkan peningkatan, menurut WHO, termasuk diakibatkan varian omicron yang sangat menular dan subvarian BA.2. Ditambah mulai maraknya pelonggaran protokol kesehatan. 

Selain itu, tingkat vaksinasi yang rendah di beberapa negara juga menjadi faktor kenaikan kasus tersebut, menurut pejabat WHO. Rendahnya cakupan vaksinasi itu umumnya diakibatkan banyak informasi yang salah.

Infeksi baru melonjak delapan persen secara global dibandingkan pekan sebelumnya, dengan 11 juta kasus baru dan lebih dari 43.000 kematian baru dilaporkan dari 7-13 Maret. Angka ini merupakan kenaikan pertama sejak akhir Januari. Lonjakan terbesar terjadi di wilayah Pasifik Barat WHO, yang meliputi Korea Selatan dan China, di mana kasus meningkat 25 persen dan kematian 27 persen.

Afrika juga mengalami peningkatan 12 persen dalam kasus baru dan 14 persen peningkatan kematian, dan Eropa meningkat dua persen dalam kasus tetapi tidak ada lonjakan kematian. Wilayah lain melaporkan penurunan kasus, termasuk wilayah Mediterania timur, meskipun wilayah ini mengalami peningkatan kematian sebesar 38 persen terkait dengan lonjakan infeksi sebelumnya.

Sejumlah ahli telah menyuarakan kekhawatiran bahwa Eropa menghadapi gelombang virus corona lain, dengan kasus meningkat sejak awal Maret di Austria, Jerman, Swiss, Belanda, dan Inggris. Maria Van Kerkhove dari WHO mengatakan pada briefing bahwa BA.2 tampaknya menjadi varian yang paling menular sejauh ini.

Namun, tidak ada tanda-tanda bahwa itu menyebabkan penyakit yang lebih parah, dan tidak ada bukti bahwa varian baru lainnya mendorong peningkatan kasus. Gambaran di Eropa juga tidak universal. Denmark, misalnya, mengalami puncak singkat dalam kasus pada paruh pertama Februari, didorong oleh BA.2, yang dengan cepat mereda.

Tetapi para ahli telah mulai memperingatkan bahwa Amerika Serikat dapat segera melihat gelombang serupa seperti di Eropa, yang berpotensi didorong oleh BA.2, pelonggaran prokes dan potensi berkurangnya kekebalan dari vaksin. Antonella Viola, profesor imunologi di Italy’s University of Padua, sepakat dengan pelonggaran pembatasan, karena kondisi saat ini tidak dapat dianggap sebagai keadaan darurat setelah dua tahun. Namun penting untuk menghindari pemikiran bahwa Covid sudah tidak ada lagi. 

“Dan oleh karena itu tetap menjaga langkah-langkah yang sangat diperlukan, yang pada dasarnya adalah pemantauan dan pelacakan kasus secara terus-menerus, dan pemeliharaan kewajiban memakai masker di tempat-tempat tertutup atau sangat ramai,” kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement