REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia merupakan produsen utama sawit dunia. Departemen Pertanian AS mengungkapkan, produksi sawit dari Indonesia pada 2019 mencapai 42,5 juta metrik ton atau berkontribusi terhadap 58 persen pasokan global.
Disusul Malaysia sebesar 19 juta metrik ton atau memiliki kontribusi sekitar 26 persen.Pada 2020 dan 2021 angkanya tidak jauh berbeda. Seperti dilansir laman Indexmundi, jumlah produksi Indonesia pada 2021 mencapai 44,5 juta metrik ton dan Malaysia 18,7 juta metrik ton.
Areal luas lahan sawit pun mengalami tren peningkatan. Jika pada 2015 luas lahan 11,26 juta hektare lahan, pada 2020 angkanya menyentuh 14,858 juta hektar lahan. Perkebunan sawit terbesar ada di Riau yang mencapai 2,85 juta hektar.
Oleh karena itu, saat terjadi kenaikan harga komoditas dunia, termasuk sawit di dalamnya, maka ekspor Indonesia ikut terkerek. Badan Pusat Statistik mencatat nilai ekspor Indonesia pada Februari 2022 mencapai 20,46 miliar dolar AS atau naik 6,73 persen dibandingkankan ekspor Januari 2022.
Ombudsman Republik Indonesia (RI) menyatakan, tren harga minyak goreng ke depan akan semakin meningkat. Maka konsumen dinilai perlu menyadari fakta kecenderungan peningkatan harga tersebut. "Indonesia negara produsen sawit, haruskah konsumen Indonesia menikmati harga minyak goreng yang mahal? Ini adalah politik penyediaan pangan pokok bagi masyarakat," ujar Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika, dalam konferensi pers virtual, Selasa (15/3).
Ia menjelaskan, harga yang semakin mahal tentunya membawa keuntungan bagi para petani sawit dan perusahaan produsen CPO (crude palm oil). Hanya saja, kata dia, membawa nestapa bagi konsumen minyak goreng Indonesia. "Sudah seharusnya pemerintah memikirkan berbagai upaya agar produsen atau pelaku usaha tetap mendapatkan keuntungan dan konsumen mendapatkan jaminan ketersediaan dengan harga yang terjangkau," ujar Yeka.
Saat ini, ketika pemerintah membatalkan penetapan harga eceran tertinggi (HET), harga minyak meroket tinggi. Harga eceran di lapangan, minyak goreng dijual di atas Rp 45 ribu per dua liter. Angka itu seperti ganti harga karena sebelumnya minyak selalu dijual di bawah Rp 40 ribu.
Bahkan tak sedikit masyarakat rindu minyak per dua liter di bawah Rp 30 ribu.
Warga Wagir, Kabupaten Malang, Elisebha Partini Andayani mengaku cukup resah dengan kenaikan harga minyak goreng yang cukup tinggi. "Hampir 60 persen kenaikan harganya. Yang biasa hanya Rp 15 ribuan per liter sekarang bisa jadi Rp 25 ribu," ucap Tini kepada Republika, Kamis (17/3).