REPUBLIKA.CO.ID, oleh Desy Susilawati Rr Laeny Sulistyawati Ronggo Astungkoro
Penurunan kasus Covid-19 seiring penurunan level Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) membuat pembelajaran tatap muka atau PTM kembali digelar. Salah satu rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), PTM boleh dilakukan dengan tetap mewajibkan penggunaan masker demi mengurangi penularan.
Ketua Satgas Covid IDAI, dr Yogi Prawira, SpA(K) menjelaskan IDAI menganjurkan penggunaan masker dan faceshield pada anak usia dua tahun ke atas, kecuali terdapat masalah medis yang menghalangi anak-anak tersebut untuk menggunakan masker. Jenis masker yang digunakan adalah masker kain tiga lapis atau masker medis. Masker akan mencegah penularan kuman dari satu individu ke individu lainnya dengan menahan partikel virus supaya tidak menyebar di udara.
"Dalam penggunaan masker pada anak harus diperhatikan ukuran dan cara penggunaan yang tepat, sehingga fungsi masker menjadi efektif," ujarnya dalam keterangan pers yang diterima Republika, Kamis (17/3/2022).
Dr Yogi juga meminta agar para orang-tua mengajarkan anak untuk berganti baju, mandi, dan membersihkan perlengkapannya setiap pulang dari sekolah, sebagaimana orang dewasa yang beraktivitas di luar rumah. Selain itu, sebaiknya anak tidak dianjurkan jajan makanan instan dan cepat saji atau junk food. "Orang tua bisa memilihkan asupan makanan yang mengandung nutrisi lengkap, termasuk vitamin dan mineral sehingga kekurangan mikronutrien dalam tubuh anak bisa dicegah."
Kekebalan terhadap penularan berbagai penyakit infeksi diperoleh dari nutrisi lengkap seimbang, istirahat yang cukup, aktivitas fisik sesuai usia, penerapan perilaku hidup bersih dan sehat, serta usaha pencegahan penularan infeksi melalui protokol Kesehatan dan vaksinasi.
Ketua Terpilih Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Adib Khumaidi mengatakan, sebenarnya PTM sebaiknya dihindari selama masih pandemi. Namun jika PTM terpaksa dilakukan maka aturan protokol kesehatan harus ketat.
"Sebetulnya murid tak usah sekolah, di rumah saja. Tetapi ada kepentingan pendidikan dan masalah yang harus diperhatikan," ujar Adib, Rabu (16/3/2022).
Ia menjelaskan, pengayaan PTM yang utama yang dilihat yaitu dari perspektif keluarga. Ia melanjutkan, keluarga tak bisa terus-menerus menjadi guru untuk anak ketika belajar di rumah karena harus bekerja. Kendati demikian, dia melanjutkan, ketika anak PTM di sekolah maka seharusnya menjaga kebersihan, mencuci tangan, hingga tak usah bergerombol selama di sekolah. Ia menambahkan, hal-hal sederhana ini jadi otomatis untuk proteksi.
Kemudian, ia menyebutkan yang juga tak kalah penting harus diterapkan di sekolah adalah harus menjaga jarak, ada tempat untuk cuci tangan, kemudian ditunjang dengan ventilasi yang baik. "Memang di kota rata-rata pakai pendingin udara (AC), itupun harus ada exhaust dan ada Hepa Filter," katanya.
Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia (PDEI) ini menekankan, hal-hal seperti ini sebisa mungkin dilakukan. Tujuannya, sebagai upaya preventif dari Covid-19.
Selain itu, ia meminta murid juga harus menjaga kesehatan. Yang tak kalah penting, ia meminta proteksi individu (personal protection) juga dilakukan. Proteksi personal yang ia maksud yaitu dengan protokol kesehatan dan vaksinasi. Adib melanjutkan, aspek lingkungan juga harus diperhatikan seperti ventilasi, kemudian kalau berada di ruang tertutup seperti kantor dan sekolah juga harus menjaga jarak.