REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni UI) memberikan gelar kehormatan kepada Menteri BUMN Erick Thohir. Erick dinilai berjasa besar dalam menjembatani dunia kampus dan industri melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Kementerian BUMN dengan UI yang meliputi kerja sama penelitian dan hilirisasi temuan atau inovasi yang potensial untuk mendukung kinerja BUMN.
"Melihat besarnya jasa kepada UI, Iluni UI mengangkat Bang Erick Thohir sebagai anggota kehormatan Iluni UI," demikian bunyi penganugerahan gelar alumni kehormatan Iluni UI yang digelar secara hybrid pada Kamis (17/3/2022).
Selain Erick, Iluni UI juga memberikan gelar serupa kepada mantan menteri perindustrian Saleh Husin, juru bicara pemerintah dalam penanganan Covid-19 Wiku Bakti Bawono Adisasmito, dan Komisaris Utama PT Blue Bird Noni Sri Ayati Purnomo.
Ketua Umum Iluni UI Andre Rahadian mengatakan Erick Thohir layak mendapatkan gelar kehormatan atas sumbangsihnya dalam meningkatkan sinergitas antara UI dengan BUMN. "Bang Erick, terima kasih atas kerja sama hilirisasi riset antara UI dengan BUMN, yang mana riset-riset UI dibawa dan diapliksikaan BUMN sebagai karya anak bangsa. Ini merupakan inspirasi yang sangat baik," ujar Andre.
Erick Thohir menegaskan komitmen BUMN dalam bekerja sama dengan UI. Menurutnya UI memiliki peranan besar dalam membantu pemerintah menghadapi tantangan disrupsi yang terjadi saat ini.
"Kita ketahui bersama, sekarang yang namanya disrupsi luar biasa, disrupsi kesehatan yang katanya mau selesai, belum lagi kita mengalami disrupsi digitalisasi dan juga disrupsi rantai pasok pasar global yang memang kalau kita lihat hari ini dinamikanya sangat luar biasa," ujar Erick.
Ia menyebut disrupsi memiliki dampak yang besar dengan banyaknya jenis pekerjaan yang hilang, meski di sisi lain muncul juga sejumlah jenis pekerjaan baru. Berdasarkan data, 6,7 juta warga Amerika Serikat terpaksa kehilangan pekerjaan akibat disrupsi. Sementara 1,4 juta warga Jerman pun mengalami nasib serupa.
Erick menyebut kondisi AS dan Jerman yang memiliki sistem edukasi yang lebih maju tapi tepat mengalami tekanan akibat disrupsi. Indonesia, menurut Erick, dengan jumlah penduduk yang besar dan sistem edukasi yang relatif tertinggal harus mengantisipasi agar hal tersebut ak terjadi.
"Artinya penting sekali UI sebagai universitas besar Indonesia menata ulang dan secara jujur terbuka bagaimana program link and match antara education and job creation. Kalau bisa UI menjadi yang pertama dan menyadari mana fakultas yang ke depan tidak menyerap lapangan pekerjaan," lanjut Erick.
Menurut Erick, BUMN siap membantu UI dalam menyinergikan dengan jenis usaha yang potensial tumbuh di masa depan. "BUMN juga ingin sekali bekerja sama dengan UI, dengan menteri pendidikan untuk bicara link and match ini dan Insya Allah ini menjadi hal yang positif juga bisa menjadi mapping untuk banyak universitas besar di Indonesia, tapi kita mulai dari UI," ungkapnya.
Erick menilai UI menempatkan diri pada kebutuhan industri yang terus berubah. Oleh karena itu BUMN siap berkolaborasi dengan UI dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk bersama-sama membuat peta jalan ke depan. "Tentu program-program yang sudah dikerjasamakan antara kami dengan UI seperti riset itu menjadi hal terus kita kontinuitaskan. Saya berharap selain bekerja sama, kita juga punya program-program unggulan yang bisa dilakukan ke depan," kata Erick.