Kamis 17 Mar 2022 23:40 WIB

Perang Rusia-Ukraina, Standar Ganda Barat, dan Perlakuan untuk Pengungsi Eropa

Perang Rusia-Ukraina menunjukkan standar Barat terhadap pengungsi Timur Tengah

Rep: Amri Amrullah / Red: Nashih Nashrullah
 Seorang sukarelawan berbaju merah membantu para pengungsi dari Ukraina setelah mereka tiba di stasiun kereta utama di Berlin, Jerman. Perang Rusia-Ukraina menunjukkan standar Barat terhadap pengungsi Timur Tengah
Foto: AP/Markus Schreiber
Seorang sukarelawan berbaju merah membantu para pengungsi dari Ukraina setelah mereka tiba di stasiun kereta utama di Berlin, Jerman. Perang Rusia-Ukraina menunjukkan standar Barat terhadap pengungsi Timur Tengah

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI – Negara barat telah menunjukkan koordinasi dan persatuan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam menanggapi invasi Rusia ke Ukraina. 

Pemerintah, perusahaan, dan individu telah bersatu untuk memberi sanksi dan memboikot Moskow, dan Eropa telah membuka pintunya bagi banjir pengungsi Ukraina, yang mana hal ini tidak terjadi pada pengungsi Timur Tengah. 

Baca Juga

Di tengah berbagai curahan empati atas perang Rusia-Ukraina ini, perbedaan mencolok dan sikap standar ganda telah muncul dari pemerintahan negara Eropa menangani pengungsi Ukraina. Standar ganda ini mereka terapkan terhadap mereka yang juga pengungsi korban perang dan konflik di Timur Tengah atau belahan dunia selatan. 

Krisis pengungsi Ukraina memang mengerikan. Menurut Badan Pengungsi PBB (UNHCR), lebih dari 3 juta orang telah meninggalkan negara itu sejak invasi Rusia, hampir sebulan terakhir. Dalam konteks pengungsi korban perang, butuh enam bulan bagi satu juta pengungsi dari Suriah pada 2013. Dan perang Suriah hampir berjalan dua tahun sejak awal perang di negara itu dimulai. 

"Sungguh luar biasa melihat kemudahan komparatif yang mereka terima oleh hampir semua pemerintah Eropa, dan bagaimana penderitaan mereka melawan agresi Rusia menghasilkan solidaritas yang luar biasa," kata HA Hellyer, seorang sarjana di Washington, DC yang berbasis Carnegie Endowment untuk Perdamaian Internasional, dilansir dari CNN, Rabu (16/3/2022). 

Martin Griffiths, Koordinator Urusan Kemanusiaan dan Bantuan Darurat Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengatakan kepada Christiane Amanpour dari CNN minggu ini. "Ada prioritas berbeda yang mengejutkan bagi pengungsi," katanya. 

Walaupun dia menambahkan bahwa tidak jarang, banyak negara-negara Eropa lain menyerap sejumlah besar pengungsi dari warga Suriah di Turki dan Afghanistan di Pakistan sebagai contoh. Denmark dikenal memiliki beberapa kebijakan anti-imigran paling ketat di Eropa.

Baca juga:Tentara Israel Paksa Diplomat Muslim Taiwan Baca Alquran

Namun pemerintah Denmark telah menyambut pengungsi Ukraina dengan tangan terbuka dan, sambil mengatakan semua pengungsi diperlakukan sama.

Anehnya pemerintah Denmark sebelumnya sempat mendesak beberapa pengungsi Suriah yang tinggal di sana untuk kembali ke negara asalnya, meskipun konflik yang sedang berlangsung di negara mereka.  

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement