Jumat 18 Mar 2022 06:24 WIB

Mengapa Jerman Memilih Jet Tempur Siluman F-35 Buatan AS?

Jet tempur siluman F-35 Lightning II dianggap paling modern di dunia saat ini.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Lockheed Martin/ZUMA Wire/IMAGO
Lockheed Martin/ZUMA Wire/IMAGO

Jet tempur siluman F-35 Lightning II dianggap paling modern di dunia saat ini. Pesawat tempur buatan Lockheed Martin disebut-sebut sebagai "komputer bersenjata”, mampu berjejaring dengan pesawat lain di udara atau dengan pasukan darat dan memroses ribuan informasi setiap detik. Pesawat ini juga bisa dilengkapi dengan hulu ledak nuklir.

Menteri Pertahanan Christine Lambrecht (SPD) awal pekan ini mengumumkan, Jerman akan membeli 35 jet tempur F-35 untuk menggantikan jet tempur Tornado yang sudah dioperasikan sejak lebi h40 tahun lalu.

"Ada alasan militer yang mendukung F-35,” kata Rafael Loss, pakar keamanan di lembaga think tank European Council on Foreign Relations. "Jika Anda harus membawa bom nuklir, memang lebih baik melakukannya dengan pesawat siluman daripada dengan pesawat yang tidak memiliki kemampuan itu,” katanya kepada DW.

"Yang dibutuhkan adalah jejak radar yang rendah dan kemampuan untuk mendeteksi dan menyerang target dari jarak jauh. F-35 dapat melakukan itu lebih baik daripada sistem tempur udara lainnya yang ada di pasaran saat ini,” ujarnya.

Harganya miliaran euro

Tetapi pesawat berteknologi tinggi seperti itu tentu ada harganya. Rafael Loss memperkirakan, 35 jet tempur itu akan menelan biaya sekitar 4 miliar euro atau senilai 4,4 miliar dolar. Selain itu, tentu akan ada biaya operasional yang cukup besar, dan beberapa ratus juta euro harus dianggarkan untuk penyesuaian bandara militer di Jerman yang diperlukan untuk F-35.

Tanpa invasi Rusia ke Ukraina, investasi seperti itu tidak mungkin bisa terjadi. Namun sekarang,. Situasi memang berubah dan pemerintahan saat ini sudah bertekad memperkuat militer Jerman, Bundeswehr dengan anggaran khusus 100 miliar euro setiap tahun. Terutama dari Partai Hijau yang ikut dalam koalisi pemerintahan, yang dulu didirikan oleh generasi anti perang, tidak ada lagi penentangan besar seperti masa-masa lalu.

Angkatan udara Jerman tampaknya lega bisa mendapatkan pengganti pesawat Tornado. Letnan Jenderal Ingo Gerhartz, prajurit tertinggi angkatan udara, mengatakan bahwa F-35 memang cocok, karena banyak militer di negara Eropa lain yang juga memilih pesawat tempur AS ini.

"Itu akan memperkuat kemampuan kami untuk bergabung dengan mereka dalam mengamankan wilayah udara NATO dan mempertahankan aliansi," katanya. Memang Inggris, Italia, Belanda, dan, yang terbaru, Finlandia dan Swiss, juga telah menyatakan memilih F-35. Dengan begitu, kerjasama pertahanan udara menjadi lebih mudah.

Bagaimana dengan proyek pesawat tempur Eropa FCAS?

Hingga kini, hanya Prancis yang mengembangkan sistem pesawat tempurnya sendiri. Prancis juga masuk dalam proyek pertahanan udara bersama Eropa, Future Combat Air System (FCAS) Bersama dengan Jerman dan Spanyol. Proyek miliaran euro itu tadinya direncanakan untuk mengembangkan pesawat tempur jenis baru sampai 2040 dan menggantikan jet tempur Prancis Rafale dan jet tempur Jerman Eurofighter.

"Di Prancis, keputusan Jerman membuat banyak orang frustasi,” kata Paul Maurice, peneliti pertahanan dari French Institute of International Relations yang berkedudukan di Paris. "F-35 dilihat sebagai lambing dominasi AS di NATO. Setelah begitu banyak pidato dan makalah dan tekad tentang kemandirian dan otonomi pertahanan Eropa, kami sebenarnya berharap Jerman akan lebih fokus pada proyek bersama Eropa,” katanya kepada DW.

Dia melanjutkan, "Apakah Jerman masih membutuhkan FCAS? Apakah F-35 mungkin bukan hanya solusi transisi, tetapi solusi jangka panjang?"

Berlin buru-buru menekankan, F-35 hanya dimaksudkan sebagai pengganti pesawat Tornado. Tadinya memang dipertimbangkan untuk mengganti Tornado dengan Eurofighter atau pesawat AS yang leboh tua, F-18. Tapi prosedurnya terlalu rumit dan terlalu lama untuk memodifikasi model-model mampu membawa bom nuklir.

Menteri Pertahanan Christine Lambrecht mengatakan, masih ada cukup uang untuk mendorong FCAS lebih jauh. Sama seperti F-35, pesawat tempur FCAS kemungkinan besar nantinya juga akan sangat canggih, dan sangat mahal. (hp/yf)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement